SERANG, KOMPAS.com - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Kabupaten Serang, Banten menemukan sejumlah siswa memiliki tanda atau barcode yang dibuat menggunakan jarum suntik.
Mereka meniru aksi melukai atau membuat tanda di tangan demi mengikuti tren di TikTok.
Baca juga: Petugas SPBU di Sumsel Terlibat Penimbunan Solar Subsidi, Manfaatkan Barcode My Pertamina
Ketua Komas PA Kabupaten Serang Kuratu Akyun mengatakan, fenomena barcode tangan ini terungkap saat dirinya mengecek langsung di salah satu SDN di wilayah Kabupaten Serang.
Dari hasil pengecekan, Komnas PA menemukan ada enam orang siswa yang duduk di kelas 4-6 SD mempunyai barcode di tangan.
Tak hanya pria, ditemukan juga anak perempuan yang mengikuti fenomena itu.
"Kemarin saya ketemu langsung dengan beberapa anak, memang ada sayatan ditangannya. Mereka membuatnya menggunakn benda tajam. Ada yang pakai jarum tes asam urat," kata Akyun dihubungi Kompas.com melalui telepon. Jumat (2/11/2023).
Menurut Aqyun, dari hasil pendampingan diketahui mereka membuat barcode tidak mengetahui maksud dan tujuannya.
Mereka, kata Aqyun, hanya mengikuti trand dan melihat tayangan video di tiktok.
"Mereka rata-rata melihat di TikTok, tahu dari medsos. Terpengaruh, terus ikut-ikutan saja," ujar dia.
Aqyun berujar, secara psikologis mereka membuat barcode ingin menunjukan bahwa dirinya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
"Bisa jadi mereka itu sedang merasa sendiri, merasa sedih, atau sedang bahagia karena diusia itu senang-senang dengan lawan jenis," kata Aqyun.
Namun, fenomena itu tidaklah baik dan harus dihentikan secepatnya agar anak khususnya di wilayah Kabupaten Serang tidak ikut-ikutan dan membuat komunitas sendiri.
Baca juga: Dinkes: 870 Siswa SMP SMA Magetan Sayat Tangan, Stres Berat dan Ikuti Tren
Aqyun pun mengajak kepada para orang tua dan guru memberikan pendampingan dan pemahaman kepada anak.
Jangan sampai, lanjut Aqyun, orangtua panik bila mendapati barcode di tangan anaknya, dan berikanlah pemahaman secara baik-baik.
"Terutama orang tuanya di rumah supaya memeriksa, mengawasi dan memberikan pemahaman jangan sampai kecolongan," tandas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.