Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Angkot di Bandar Lampung, Dahulu Primadona Kini Merana

Kompas.com - 31/10/2023, 20:44 WIB
Tri Purna Jaya,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Andalkan penumpang pelajar

Mudahnya kredit kepemilikan sepeda motor dan menjamurnya ojek daring dianggap menjadi turunnya "pamor" angkot di Bandar Lampung.

Salah satu sopir angkot jurusan Garuntang-Tanjung Karang, Abdul Ghani (33) mengaku pendapatan berkurang drastis mencapai 70-80 persen.

"Paling banyak satu hari narik itu Rp 200.000-300.000, potong setoran ke yang punya mobil, bensin, makan," katanya ketika ditemui di titik terakhir di Jalan Gatot Subroto, Senin (30/10/2023).

Ghani mengungkapkan saat ini para sopir angkot masih menggantungkan harapan pada anak sekolah.

"Ya masih untunglah trayek saya lewat sekolah, bisa ketolonglah dapat sewa (penumpang)," katanya.

Wartawan Kompas.com diajak untuk mengikuti Ghani mencari penumpang. Sambil menyetir, Ghani menceritakan kecenderungan penumpang saat ini adalah penumpang jarak pendek.

"Rata-rata jarak dekat, Mas. Ongkosnya Rp 3.000," kata dia.

Selama perjalanan, hanya ada empat penumpang yang naik di titik terakhir itu. 1 orang turun di Polsek Teluk Betung Selatan yang berjarak 2,5 kilometer dari titik terakhir.

Dua orang turun di depan Hotel Aston sekitar 3 kilometer dari titik terakhir. Dan satu orang turun di SPBU dekat Hotel Aston.

Saat tiba di SMP 23 Bandar Lampung di Jalan Gatot Subroto sekitar pukul 14.00 WIB, Ghani memutuskan berputar arah.

"Nggak sampai ke (Terminal) Tanjung Karang ya, Mas. Banyak sewa (penumpang)," kata dia.

Penumpang pelajar yang naik pun memenuhi bangku di dalam angkot. Enam orang di sebelah kanan, empat orang di sebelah kiri, dan satu orang di kursi kecil dekat pintu menghadap ke belakang.

"Lumayanlah, Mas. Bisa dua rit narik anak sekolah," kata dia.

Baca juga: Curhat Sopir Angkot di Kabupaten Bandung, Setoran Harian Rp 80.000 Sulit Didapat

Sopir angkot lainnya, Erfin Ramadhan (40) juga mengaku sedikit tertolong dengan penumpang pelajar.

Trayek angkotnya memang melewati dua sekolah, yakni SMAN 3 Bandar Lampung dan SMA Budaya di Jalan Cut Nyak Dien.

"Jam pulang sekolah, siang sama sore pasti kita ngetem di sini. Bisa dua - tiga kali rit, Bang," kata dia.

Terkadang, akibat angkot menunggu penumpang membuat kemacetan terjadi di jalan itu. Erfin pun mengatakan dia berharap pengguna jalan bisa memakluminya.

"Harap maklumlah, Bang. Namanya nunggu penuh, kalau nggak ngetem kita nggak dapat uang juga," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Selundupkan 6 WN China ke Australia, 7 Orang Jadi Tersangka

Regional
Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Viral Ajak YouTuber Korsel ke Hotel, ASN Kemenhub Polisikan Sebuah Akun Facebook

Regional
Bertaruh Nyawa Tanpa Asuransi, Relawan Tagana Ini Pernah Dijarah Saat Bertugas

Bertaruh Nyawa Tanpa Asuransi, Relawan Tagana Ini Pernah Dijarah Saat Bertugas

Regional
Tutupi Tato, Maling Motor di Semarang Pakai Daster Neneknya Saat Beraksi

Tutupi Tato, Maling Motor di Semarang Pakai Daster Neneknya Saat Beraksi

Regional
Petualangan 'Geng Koboi' di Lampung Usai Setelah 11 Kali Mencuri Sepeda Motor

Petualangan "Geng Koboi" di Lampung Usai Setelah 11 Kali Mencuri Sepeda Motor

Regional
Rumah Tempat Usaha Pembuatan Kerupuk di Cilacap Terbakar

Rumah Tempat Usaha Pembuatan Kerupuk di Cilacap Terbakar

Regional
6 Orang Mendaftar di PDI-P untuk Pilkada Demak, Ada Inkumben Bupati

6 Orang Mendaftar di PDI-P untuk Pilkada Demak, Ada Inkumben Bupati

Regional
Tak Ada yang Mendaftar, Pilkada Sumbar Dipastikan Tanpa Calon Perseorangan

Tak Ada yang Mendaftar, Pilkada Sumbar Dipastikan Tanpa Calon Perseorangan

Regional
Pria yang Ditemukan Terikat dan Penuh Lumpur di Semarang Diduga Korban Penganiayaan

Pria yang Ditemukan Terikat dan Penuh Lumpur di Semarang Diduga Korban Penganiayaan

Regional
Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Pj Gubernur Riau Berupaya Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Bandang di Sumbar

Regional
Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Cerita Perawat di NTT, Berjalan Kaki Belasan Kilometer demi Selamatkan Ibu Melahirkan Bayi Kembar di Pelosok Manggarai Timur

Regional
Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Sempat Jadi Tersangka, Warga Jambi Pembunuh Begal Akhirnya Dibebaskan

Regional
KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

KPU Pastikan Pilkada Kendal Tidak Diikuti Calon Independen

Regional
Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Eks Komisioner KPU Batal Daftar Calon Independen Pilkada Magelang

Regional
Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Komplotan Maling Minimarket di Semarang Masih Bocah, Kasus Berujung Damai

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com