Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Disebut Perang Padri?

Kompas.com - 25/10/2023, 19:15 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Indonesia memiliki catatan sejarah panjang tentang peperangan untuk merebut kemerdekaan dari penjajah, salah satunya dikenal sebagai Perang Padri.

Perang Padri terjadi pada tahun 1803-1838 tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat.

Baca juga: Sejarah Perang Padri: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak

Memiliki sejarah yang cukup unik, Perang Padri justru terjadi sebelum adanya campur tangan pemerintahan kolonial Belanda.

Hal ini karena perang Perang Padri pada awalnya bukanlah konflik yang pecah karena perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Belanda, melainkan bermula dari sebuah perang saudara.

Baca juga: Biografi Singkat Tuanku Imam Bonjol dan Sejarah Perang Padri

Alasan Disebut Perang Padri

Sebutan Perang Padri tentunya tidak lepas dari sejarah konflik di negeri Minangkabau ini bermula.

Konflik yang terjadi dan menimbulkan perang saudara ini melibatkan dua kelompok yaitu Kaum Padri dan Kaum Adat.

Adapun konflik atau perang saudara ini bermula dari sikap Kaum Padri yang menentang kebiasaan Kaum Adat.

Baca juga: Sejarah Benteng Bukit Tajadi, Bekas Pertahanan Kaum Padri

Dilansir dari laman Kompas.com, Kaum Padri adalah sebuah kelompok masyarakat di Minangkabau yang menjunjung tinggi syariat Islam secara menyeluruh tanpa toleransi apapun sehingga menurut mereka adat atau budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam harus ditinggalkan.

Sementara Kaum Adat adalah sebuah kelompok masyarakat di Minangkabau yang masih kental dengan adat istiadat dan nilai-nilai tradisi dari leluhur mereka.

Salah satu tokoh Perang Padri yang terkenal adalah Tuanku Imam Bonjol yang berasal dari Kaum Padri.

Penyebab Perang Padri

Perang Padri pada mulanya disebabkan adanya perbedaan prinsip mengenai penerapan syariat Islam antara Kaum Padri dan Kaum Adat.

Pertentangan terjadi karena kaum Padri atau kelompok ulama ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada di masyarakat Kaum Adat.

Hal ini bermula dari kepulangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang setelah menunaikan ibadah haji di Mekkah pada sekitar tahun 1803.

Ketiganya ingin berdakwah dengan tujuan memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau yang sebagian besar adalah Kaum Adat.

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern, 1200-2004 (2005) karya Merle Calvin Ricklefs, gerakan pembaruan Islam tersebut dikenal sebagai gerakan Padri karena mereka telah menunaikan ibadah haji di Makkah.

Munculnya konflik juga berawal pertentangan mengenai pandangan atas kebiasaan Kaum Adat.

Hal ini karena saat itu kebiasaan Kaum Adat dalam kesehariannya dekat dengan judi, sabung ayam, minuman keras, tembakau, serta penggunaan hukum matriarkat untuk pembagian warisan.

Walau begitu, sebenarnya sebelum pertentangan ini terjadi sudah terjadi perundingan antara Kaum Padri dan Kaum Adat.

Sayangnya perundingan yang dilakukan Kaum Padri dan Kaum Adat yang tidak menemukan kata sepakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Regional
Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat 'Jaga Anak Ini dengan Baik'

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat "Jaga Anak Ini dengan Baik"

Regional
Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Regional
Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com