Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tidi lo Bituo, Tarian Klasik Gorontalo yang Tegaskan Hak Wanita

Kompas.com - 11/09/2023, 06:18 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.comBilo-bilohipo ami. Timehu polubo lami. Yiyohu to tidi lami. Salendangi polambea (Lihat, lihatlah kami. Dengan gaya persembahan kami. Permainan tarian kami. Selendang disandang).

Banta-banta puluwa. To yiladia hitidia hitahuwa. Bolo hi ile-ileya. Polombuli to yunuta (Puteri-puteri tersayang. Di istana menari berhadapan. Mulai bersiap-siap. Kembali akan berlaga).

Pomitota to wohuta. Ito ma hipotidiya. Popoli wawu ayuwa. Amiyatiya mongobuwa. Wolo hilawo hiliyatuwa. Toli'anga moponuwa. Bitu'o potongapo. Ayidelo mopatato (Memperkuat pinggang. Kita sedang menari. Dengan sikap dan pembawaan. Kami kaum perempuan. Dengan tekad yang satu. Kasih sayang dan saling cinta. Keris siap dan waspada. Pada persoalan yang jelas).

Baca juga: Mengenal Kawin Tangkap di Sumba, Bagaimana Seharusnya Tradisi Ini Dilakukan?

Ilalunga ilupiya. Ode taludu mota. Bitu'o lato pomitu'ale. Dila hama lo tu'alo (Disandang dan dilipat. Ke depan dengan siaga. Keris segera ditanamkan. Tapi jangan gegabah).

Tidi mayilopulito. Ma'apu dila odito. Woluwo dila sanangi. Ma'apu tango'a'ami (Tidi sudah selesai. Maafkan kalau tidak berkenan. Ada yang tidak disenangi. Maafkan kami semua).

Itulah syair lagu berbahasa Gorontalo yang dipadu dengan musik perkusi dan petik yang mengiringi langkah pasti para penari perempuan yang menyelipkan bituo (keris) dalam pinggang mereka. Syair dan suara musik ini mengiringi setiap gerakan, membingkai gerak dalam hentakan musik.

Tidi lo Bituo atau tari keris merupakan salah satu tarian tradisional Gorontalo yang telah dikenal sejak dulu. Tarian ini berpijak pada pola-pola tradisi Gorontalo.

Tidi ini merupakan tarian klasik Gorontalo yang berkembang pada abad ke-17 dan 18 di kalangan istana, yaitu raja-raja dan kaum bangsawan, yang memiliki kristalisasi artisik yang tinggi dan telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang sehingga memiliki nilai tradisional.

“Tidi berarti tari, kata tidi menguatkan bahwa tarian ini merupakan jenis tarian klasik. Ditinjau dari busana, gerakan tari, properti tari semua bernilai moral,” kata Rusli Nusi, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, Senin (11/9/2023).

Baca juga: Pecahkan Rekor Muri, 10.000 Pelajar Menari Montro, Tarian Endemik Bantul

Tidi lo Bituo merupakan salah satu dari 5 budaya dari Provinsi Gorontalo yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan 2023 ini.

Rusli Nusi menjelaskan, tidi ini lahir sejak zaman pemerintahan Raja Eyato pada 1672. Seorang maestro seni dan budaya Gorontalo Farha Daulima mengemukakan, busana adat dan semua artibut melambangkan empat keterikatan, yaitu keterikatan dalam menjalankan syariat Islam, keterikatan sebagai ratu rumah tangga, keterikatan dalam menjalin kekerabatan antar-keluarga tetangga dan masyarakat, dan keterikatan (membatasi diri) dalam pergaulan sehari-hari.

Tidi lo Bituo merupakan salah satu jenis tari yang khusus dipentaskan di kalangan istana raja (Yiladia lo Olongia) pada zaman dahulu.

Jika tarian tersebut dilakukan di istana maka disebut tidi, tetapi kalau tarian di luar istana tidak dilekatkan kata tidi pada namanya. Seperti tarian Saronde tidak disebut tidi Saronde, momonto hutia tidak disebut sebagai tidi Momonto Hutia.

Perkataan tidi merupakan upaya istana pada zaman dulu untuk memberikan kekhususan, tarian yang dilekatkan kata tidi di depannya adalah tarian elite kaum istana atau bangsawan saja.

Tarian Tradisional Gorontalo senantiasa berpijak pada pola-pola tradisi Gorontalo. Tidi merupakan tarian klasik Gorontalo yang berkembang pada abad ke 17 dan 18 di kalangan istana.

Baca juga: Tujuan Tarian yang Berkembang pada Zaman Prasejarah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

ABG Pembunuh Polisi di Lampung Divonis 9 Tahun 6 Bulan Penjara

Regional
Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Inovasi Samsat Kebumen, Bayar Pajak Kendaraan Kini Bisa Malam Hari

Regional
Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Calon Bupati dan Wakil Jalur Perseorangan di Belitung Timur Harus Setor 9.580 Salinan KTP

Regional
Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Sparing Bela Diri, Ini Pengakuan Pelaku

Regional
Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Perbaikan Jembatan Sungai Babon Semarang Bakal Berdampak ke Lalu Lintas Pantura Demak

Regional
BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

BMKG Peringatkan Ancaman Banjir Rob di Sejumlah Daerah di Maluku

Regional
Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Amankan Pilkada 2024, Pemprov Sumsel Anggarkan Rp 190,1 Miliar untuk TNI dan Polri

Regional
Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Airin Senang Mantan Walkot Tangerang Maju pada Pilkada Banten

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Rabu 8 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Puluhan Balita di Majene Keracunan, Polisi Periksa Tiga Orang Saksi

Regional
Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji

Regional
Polisi Serahkan Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya ke Jaksa

Polisi Serahkan Anggota KKB Pimpinan Egianus Kogoya ke Jaksa

Regional
Ragu Maju di Pilkada Banten 2024, Wahidin Halim Takut 'Jebakan Batman'

Ragu Maju di Pilkada Banten 2024, Wahidin Halim Takut "Jebakan Batman"

Regional
Uji Coba BRT Trans Banten Mulai Juni, Penumpang Digratiskan 7 Bulan

Uji Coba BRT Trans Banten Mulai Juni, Penumpang Digratiskan 7 Bulan

Regional
Kandang Ternak di Ambarawa Terbakar, 7.000 Anak Ayam Hangus Dilalap Api

Kandang Ternak di Ambarawa Terbakar, 7.000 Anak Ayam Hangus Dilalap Api

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com