Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Kematian Massal Satwa Liar di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Babi Sulawesi Ditakutkan Ikut Terdampak

Kompas.com - 06/09/2023, 06:12 WIB
Rosyid A Azhar ,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Temuan kematian satwa liar di dalam dan luar Kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa hari depan.

Hal ini terungkap dalam pertemuan koordinasi penanganan dan pencegahan African Swine Fever (ASV), yang dipimpin Staf Ahli Menteri Bidang Pangan yang juga pelaksana tugas Direktur Konservasi Keanekaragaman hayati dan Suber Daya Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia di Kota Gorontalo, Selasa sore hingga malam (5/9/2023).

Dalam pertemuan yang mengundang para pihak ini, dipaparkan jumlah bangkai babi hutan yang mati yang dapat diketahui sebanyak 9 ekor.

Baca juga: Isu Kematian Massal Satwa Liar di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Gemparkan Warga Gorontalo

Namun dalam diskusi ini jumlahnya berkembang informasi kematian babi di Desa Ilohuuwa, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango.

Selain itu, para ayahanda (kepala Desa) dari Kecamatan Pinogu yang dihadirkan dalam pertemuan ini mengaku selama dalam perjalanan dari desanya yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (enclave) banyak mencium bau bangkai meskipun tidak menjumpai fisiknya.

Informasi ini mengindikasikan adanya bangkai satwa lain yang belum masuk dalam data yang sudah dikantongi Balai TNBNW.

Indra Exploitasia meminta para pihak, terutama Balai TNBNW untuk terus melakukan pendataan lapangan untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin, termasuk jenis satwa yang mati.

Kepada para pihak lintas instansi yang hadir dalam pertemuan ini, Indra Exploitasia mengkhawatirkan wabah kematian satwa ini sampai pada babi Sulawesi atau Sulawesi Warty Pig (Sus celebensis).

Dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), babi Sulawesi ini memiliki kecenderungan populasi yang terus menurun.

Baca juga: Kebakaran Lahan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Padam dalam 5 Hari

Saat ini Sus celebensis memiliki status hampir terancam (Near Threatened, NT), yaitu kategori status konservasi yang ditujukan untuk spesies yang mungkin berada dalam keadaan terancam punah atau mendekati terancam punah.

Sus celebensis ini memiliki habitat hidup di hutan, padang rumput, lahan basah (pedalaman), lingkungan buatan terestrial maupun perairan.

“Takutnya kasus (kematian satwa) ini menular ke Sus celebensis. Apabila kasusnya ini mewabah dan menyebabkan terjadinya kematian ini akan membawa kerugian yang berada di sulawesi karena kehilangan spesies celebensis. Ini sangat kami khawatirkan, mudah-mudahan ini tidak terjadi. Sus celebensis satu-satunya babi yang berada di Sulawesi, tidak ada di Jawa, tidak ada di Kalimantan, tidak ada di Sumatera,” kata Indra Exploitasia.

Sus celebensis ini dapat hidup di berbagai macam habitat, mulai dari hutan hujan dan rawa, padang rumput terbuka dan area pertanian, dan di semua ketinggian hingga hutan lumut kurang dari 2.500 m meskipun jarang ditemukan.

Babi jenis ini hidup dalam kelompok yang beranggota hingga enam ekor. Sus celebensis merupakan satwa omnivora dengan pola makan yang beragam.

Baca juga: Gajah Lisa Lahirkan Seekor Anak di Taman Nasional Tesso Nilo Riau

Mereka mencari makan pada siang hari, aktivitas ini dipusatkan pada pagi dan sore hari. Makanan utama Binatang ini adalah akar, buah, dan daun. Mereka juga diketahui memakan invertebrata, vertebrata kecil, dan bangkai.

“Yang kami butuhkan adalah langkah yang responsive, cepat akurat untuk mengatasi terjadinya wabah,” ujar Indra Exploitasia.

Sebelumnya diberitakan masyarakat kecamatan Pinogu dan Suwawa Timur dihebohkan dengan temuan sejumlah bangkai babi yang berada di taman nasional Bogani Nani Wartabone.

Kematian satwa liar ini tidak lazim terjadi. Warga juga merasakan ada bau busuk yang berasal dari bangkai meskipun tidak menemukan fisiknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Korupsi Internet Desa, Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Mantan Wabup Flores Timur

Kasus Korupsi Internet Desa, Hakim Tolak Gugatan Praperadilan Mantan Wabup Flores Timur

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 4 Juni 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Selasa 4 Juni 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Regional
Bubarkan Demonstran Pakai Parang, Bupati Halmahera Utara Mengaku untuk Lindungi Tamu di Rumahnya

Bubarkan Demonstran Pakai Parang, Bupati Halmahera Utara Mengaku untuk Lindungi Tamu di Rumahnya

Regional
Dua Anggota Gangster Pelaku Pembacokan Pemuda di Semarang Ditangkap, Empat Masih Buron

Dua Anggota Gangster Pelaku Pembacokan Pemuda di Semarang Ditangkap, Empat Masih Buron

Regional
Mantan Wali Kota Bima Divonis 7 Tahun Penjara atas Kasus Korupsi

Mantan Wali Kota Bima Divonis 7 Tahun Penjara atas Kasus Korupsi

Regional
Pekerjakan Remaja di Salon Pijat Plus, Mucikari di Semarang Jadi Tersangka

Pekerjakan Remaja di Salon Pijat Plus, Mucikari di Semarang Jadi Tersangka

Regional
Sopir Mengantuk, Brio Terjun ke Saluran Irigasi di Kulon Progo

Sopir Mengantuk, Brio Terjun ke Saluran Irigasi di Kulon Progo

Regional
Loncat ke Sungai Jajar, Bocah SD di Demak Ditemukan Meninggal Dunia

Loncat ke Sungai Jajar, Bocah SD di Demak Ditemukan Meninggal Dunia

Regional
[POPULER REGIONAL] Respons Sandiaga Uno soal Putusan MA | Bus Wisata Terguling di Tawangmangu

[POPULER REGIONAL] Respons Sandiaga Uno soal Putusan MA | Bus Wisata Terguling di Tawangmangu

Regional
PSI Beri Sinyal Dukung Kapolda Luthfi Maju Pilkada Jateng

PSI Beri Sinyal Dukung Kapolda Luthfi Maju Pilkada Jateng

Regional
Komnas HAM: 41 Kasus Kekerasan Terjadi di Papua hingga Juni 2024, 53 Orang Jadi Korban

Komnas HAM: 41 Kasus Kekerasan Terjadi di Papua hingga Juni 2024, 53 Orang Jadi Korban

Regional
Tolak Ganti Rugi Rp 5,3 Miliar, Warga Wadas: Tanah Bisa Jangka Panjang, Kalau Uang Cepat Habis

Tolak Ganti Rugi Rp 5,3 Miliar, Warga Wadas: Tanah Bisa Jangka Panjang, Kalau Uang Cepat Habis

Regional
Bentuk Gunung Api di Indonesia dan Contohnya

Bentuk Gunung Api di Indonesia dan Contohnya

Regional
Ekspor Timah Bangka Belitung Anjlok, Pendapatan Bea Cukai Sampai Nol

Ekspor Timah Bangka Belitung Anjlok, Pendapatan Bea Cukai Sampai Nol

Regional
Mahasiswa Kedokteran 'Nge-prank' Curi Mobil Teman Koas di Rumah Sakit, Kini Terancam Penjara

Mahasiswa Kedokteran "Nge-prank" Curi Mobil Teman Koas di Rumah Sakit, Kini Terancam Penjara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com