KOMPAS.com - Pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945, teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Peristiwa pembacaan teks proklamasi yang dilakukan oleh Ir. Soekarno kurang lebih pada pukul 10.00 WIB itu kemudian dikenal sebagai detik-detik Proklamasi.
Baca juga: Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Sejarah Singkatnya
Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia menjadi sebuah peristiwa besar yang telah mengubah sejarah bangsa.
Tak hanya menjadi naskah bersejarah, namun ada beberapa fakta terkait teks Proklamasi sejak dirumuskan hingga ditemukan kembali.
Baca juga: Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Asli Tulisan Tangan Soekarno
Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945 dini hari dipicu oleh keinginan golongan muda untuk untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.
Di Rengasdengklok, sebuah kota kecil dekat Karawang, golongan muda menekan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mengikuti keinginan mereka.
Sayangnya keduanya tidak mau didesak begitu saja dan tetap berpegang teguh pada perhitungan dan rencana mereka sendiri.
Pada akhirnya, golongan muda mendapat jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB.
Baca juga: Apa Isi Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
Pada hari yang sama, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian dilepaskan dari Rengasdengklok dan dapat kembali ke Jakarta untuk mulai menyusun naskah proklamasi.
Dari Rengasdengklok, keduanya kembali ke Jakarta dan dibawa ke rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1.
Malam itu, teks proklamasi kemerdekaan dirumuskan di rumah Laksamana Maeda
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda menjelang tengah malam, Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo mulai merumuskan teks proklamasi kemerdekaan.
Ir. Soekarno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas, sementara Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.
Kalimat pertama dari teks Proklamasi adalah saran dari Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan Dokuritsu Junbi Cosakai, sementara kalimat terakhir merupakan saran Mohammad Hatta.
Setelah itu, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah teks proklamasi di mesin ketik milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler yang diambil dari kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman.