KOMPAS.com - Papua merupakan salah satu pulau terbesar di bagian timur Indonesia yang memiliki beragam upacara adat Papua.
Upacara adat Papua tersebut telah diwariskan secara turun-temurun.
Adat istiadat tersebut menjadi kebiasan dan dipercaya membawa nilai-nilai bagi kehidupan.
Berikut ini adalah sejumlah upacara adat di Papua.
Upacara bakar batu merupakan salah satu upacara terkenal di Papua.
Bakar batu sebagai wujud syukur masyarakat Papua kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara adat tersebut dilakukan untuk menyembut berita bahagia, seperti kelahiran, perkawinan adat, penobatan kepala suku, hingga saat akan pergi berperang.
Saat pelaksanaan upacara adat, masyarakat akan berkumpul dan memasak serta makan bersama.
Baca juga: 5 Ragam Upacara Adat Papua
Bahan makanan akan diolah bersama menggunakan batu yang telah dipanaskan hingga membara.
Dalam sejarahnya, bagi masyarakat pegunungan, bakar batu adalah pesta membakar daging babi.
Namun sebagai bentuk toleransi, masyarakat Papua saat ini tidak selalu membakar daging babi, mereka juga terkadang membakar kambing, sapi, atau ayam.
Bakar batu biasanya dilakukan oleh suku pedalaman, seperti Nabire, Lembah Baliem, Paniai, Pegunungan Tengah, Pegunungan Bintang, Yahukimo, dan Dekai.
Dalam perkembangannya upacara adat bakar batu mempunyai nama lain yang berbeda-beda, seperti Kit Oba Isago di Wamena, Barapen di Jayawijaya dan Mogo Gapil di Paniai.
Upacara kematian suku Asmat merupakan salah satu upacara adat Papua.
Masyarakat suku Asmat yang meninggal tidak dikubur melainkan dihanyutkan di atas perahu lesung dengan berbekal beberapa sagu.
Orang yang telah meninggal tersebut juga akan diberi alas anyaman bambu sebelum dihanyutkan di sungai yang mengalir menuju laut.
Upacara adat tersebut dilakukan terkait dengan kepercayaan bahwa kematian terjadi disebabkan adanya gangguan roh jahat.
Ero Era Tu Ura adalah upacara adat tindik telinga.
Baca juga: Mengenal 7 Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya, Ada Tradisi Bakar Batu di Papua
Upacara adat tersebut biasa dilakukan untuk anak-anak yang telah menginjak usia tiga hingga lima tahun.
Anak-anak yang menjalankan upacara adat akan duduk di tikar dan dihadiri juga oleh anak-anak yang lain.
Kedua telinga akan ditindik dengan alat khusus yang dipercaya sebagai cara menjaga telinga.
Bagi masyarakat Papua, telinga adalah alat pendengaran yang harus dijaga dengan baik.
Kiuturu Nandauw atau Kakarukrorbun adalah upacara potong rambut pertama kali yang dilakukan oleh anak-anak saat menginjak usia lima tahun.
Upacara adat tersebut masih dilakukan hingga saat ini.
Upacara adat Wor adalah ritual untuk meminta perlindungan.
Tradisi tersebut dilakukan secara turun temurun oleh suku Biak, suku yang mendiami beberapa daerah di Papua.
Baca juga: Apa Itu Tradisi Bakar Batu di Papua?
Wor dimaknai sebagai upacara adat yang mempunyai hubungan dengan kehidupan religius masyarakat suku Biak. Segala aspek kehidupan sosial suku Biak kerap diwarnai dengan Wor.
Bagi masyarakat Biak, upacara adat Wor adalah sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh keluarga inti dengan melibatkan kerabat suami dan istri.
Tujuan Wor adalah untuk memohon dan meminta perlindungan untuk anak mereka kepada penguasa alam semesta.
Upacara Wor juga dipercaya dapat melindungi seseorang dari setiap peralihan siklus hidupnnya.
Masyarakat suku Biak biasanya melaksanakan upacara Wor untuk mengiringi pertumbuhan fisik anak-anak, sejak dalam kandungan, saat telah lahir, hingga tua sampai kematian.
Editor:Serafica Gischa
Sumber:
www.wondamakab.go.id, bobo.grid.id, dan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.