TEGAL, KOMPAS.com - Cintya Rizki Azalia, balita berusia 3 tahun, hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kalinyamat Kulon RT 05 RW 03, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (27/5/2023).
Cintya mengalami gizi buruk sejak 8 bulan terakhir. Badannya kurus, kakinya bengkok dan mengecil, bagian dada membesar, hingga kepala alami luka.
Anak kedua dari pasangan Isfandi (49) dan Lina Handayani (37) itu hanya bisa menangis dan harus makan menggunakan selang NGT.
Baca juga: Bayi 8 Bulan di Makassar Gizi Buruk, Keluarga Menolak Dirujuk ke RS karena Tak Punya KIS
Isfandi dan Lina Handayani tercatat sebagai warga RT 02 RW 06 Desa Kaligangsawetan, Kabupaten Brebes.
Isfandi mengatakan, anak keduanya itu lahir dalam kondisi normal. Berat badannya 2,7 kilogram.
Baca juga: Kisah Anak di Palembang 4 Kali Operasi Usus Buntu dan Meninggal, Alami Gizi Buruk Setelah Dirujuk
Baru pada Agustus 2022 atau saat berusia 2 tahun 5 bulan, Cintya sempat mengalami kejang dan demam tinggi hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
"Saat usia 2 tahun lebih 5 bulan mengalami demam tinggi hingga kejang. Oleh dokter ditangani dengan suntikan kejang dan dibawa ke ruang perawatan," kata Isfandi saat ditemui di rumah kontrakannya di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kota Tegal, Sabtu (27/5/2023).
Isfandi menjelaskan, selama tiga hari dalam perawatan, anaknya diberi susu formula, tetapi dampaknya tidak bisa buang air besar (BAB) secara normal.
"Kalau mau BAB mengeluarkan tenaga seperti orang dewasa. Nahan sampai dua hari hingga kehabisan tenaga. Kondisinya sempat kolaps hingga akhirnya ketika di rumah harus dilarikan ke ruang ICU RSUD Brebes," kata Isfandi.
Isfandi sendiri bekerja sebagai satpam. Sedangkan istrinya ibu rumah tangga. Keterbatasan penghasilan membuat pengobatan atau perawatan belum bisa maksimal.
Meski demikian, Isfandi mengaku bersyukur anaknya kini memperlihatkan perkembangan yang baik setelah dibawa berobat ke RSUD Kardinah Kota Tegal.
Biaya pengobatan menggunakan BPJS Kesehatan.
"Dari yang awalnya tidak bisa apa-apa, kini bisa menangis. Tetapi masih harus dipasangkan selang NGT untuk makan," kata Isfandi.
Namun, Isfandi mengaku keberatan dengan kebutuhan susu dan makanan bayi khusus yang direkomendasikan dokter lantaran harganya yang cukup mahal.
"Hanya untuk susu dan makanan bayi yang harus beli dengan harga yang lumayan mahal," kata Isfandi.
Baca juga: 9 Balita Gizi Buruk di Seram Timur Ditemukan Saat Ikut Pemeriksaan di Puskesmas
Untuk memenuhi kebutuhan membeli susu dan makanan bayi, ia terpaksa mengamen keliling bersama putri pertamanya. Bahkan, putri pertamanya itu sudah putus sekolah karena tak memiliki ongkos transportasi menuju SMP di Brebes.
"Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kami mengamen jual suara. Karena gaji sebagai satpam tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan anak yang sakit," ujar Isfandi.
Isfandi mengaku belum mendapat bantuan sosial dari pemerintah.
Saat ini, perkembangan anaknya dipantau dan didampingi Dinas Kesehatan Kota Tegal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.