SEMARANG, KOMPAS.com - Pakar Kriminologi Universitas Diponegoro Semarang, Budi Wicaksono meminta agar Polrestabes Semarang segera memeriksakan kondisi kejiwaan tersangka mutilasi dan pengecoran bos toko air minum isi ulang di Semarang, Muhammad Husen.
Pasalnya, Budi menilai perilaku tersangka Husen (28) itu sangat aneh dan tidak wajar. Sehingga diperlukan tes kejiwaan untuk mengungkap kebenaran di balik kasus itu.
"Orang ini enggak ada minta maaf, takut, dan malah ketawa. Saya memang tidak selalu benar, tapi dari saya mempelajari mimik muka ini orang mengerikan. Sudah aneh dan gak wajar. Mending kirim ke psikiater dulu, sesegera mungkin," tutur Budi saat dihubungi Kompas.com, Senin (15/5/2023).
Baca juga: 5 Pengakuan Husen Pelaku yang Mutilasi dan Cor Bosnya di Semarang, Sempat Mengatakan Tak Menyesal
Pihaknya menambahkan kemungkinan bila Husen juga merupakan korban. Sehingga proses penyidikan oleh kepolisian juga perlu mengungkap kondisi kejiwaan tersangka terlebih dahulu.
"Kalau langsung penyidikan bisa lebih mudah, tapi belum tentu kebenaran hakikinya terungkap. Dia itu juga korban kehidupan masyarakat, mungkin dia gak pernah dididik gak boleh bunuh orang kalo diganggu," imbuh Budi.
Menurut Budi, rujukan untuk membawa tersangka ke ahli kejiawaan, baik psikolog atau psikiater menjadi penting untuk mengetahui gangguan kejiwaan yang dialami Husen.
"Mungkin bisa jadi dia psikopat, atau penderita skizofrenia. Orang skizofrenia itu sering mendengarkan sesuatu yang sebenarnya tidak ada suaranya. Seperti mendengar saya mau dibunuh, dengarnya gitu, jadi sebelum dibunuh saya bunuh dulu. Berubah-ubah pikirannya setiap waktu. Bisa jadi dia berkepribadian ganda," lanjutnya.
Pasalnya selama pengungkapan kasus, Budi melihat keanehan yang ditunjukkan tersangka saat membunuh bosnya, Irwan Hutagalung (52). Termasuk kebodohannya saat mencoba menutupi pembunuhan.
Lalu sikapnya yang tak memiliki empati sedikit pun dan justru tertawa puas. Belum lagi perilaku mabuk usai menganiaya korban hingga mengajak pedagang angkringan ke tempat pelacuran.
"Dari awal saya katakan, kasihan dia itu. Dia tidak mendapat pendidikan yang baik dan benar, yang normal dari orang tua dan lingkungannya. Kalau dia dimarahi dan dipukuli, apa perlu membunuh? Pergi aja, pulang kan selesai. Kalau bales, ya pukul aja kelahi. Bukannya bunuh. Terus terang saya bingung, dari awal saya lihat orang ini aneh," tegasnya.
Untuk diketahui, tersangka Husen sempat mengungkapkan permintaan maaf kepada keluarga korban, keluarganya, dan kepolisian pada Jumat (12/5/2023).
Hal itu Husen sampaikan setelah sebelumnya, dia mengaku puas dan tidak menyesal telah menuntaskan aksi balas dendam kepada bosnya yang kerap memukulinya saat salah dalam bekerja.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.