SEMARANG, KOMPAS.com - Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut sebanyak 21 ribu kepala keluarga di Kota Semarang, Jawa Tengah mengalami kemiskinan ekstrem.
Sedangkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kemiskinan ekstrem di Kota Semarang dialami oleh 6.800 kepala keluarga.
Menindaklanjuti perbedaan data tersebut, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang Heroe Soekendar tak memungkiri, memang ada kemiskinan ekstrem di Kota Semarang.
"Terutama yang lansia," jelasnya saat dikonfirmasi, Jumat (28/4/2023).
Baca juga: Ganjar Mulai Garap Kemiskinan Ekstrem yang Tersebar di 17 Kabupaten
Namun, menurut Heroe jumlah kemiskinan ekstrem tak sebanyak data yang disebutkan BKKBN dan BPS. Dinsos Kota Semarang juga sudah melakukan pengecekan di lapangan.
"Jumlahnya dimungkinkan tidak sebanyak data yang ada," ujar dia.
Dia menjelaskan, beberapa warga yang sudah bekerja dan mempunyai usaha ada yang masih terdata warga dengan kategori kemiskinan ekstrem.
"Padahal mereka rata-rata pengeluarannya Rp 30.000 sampai Rp 50.000 setiap hari," ungkapnya.
Baca juga: Atasi Kemiskinan Ekstrem, Ganjar Berupaya Perbanyak Lulusan SMK yang Terserap di Perusahaan
Menurutnya, adanya perbedaan data kemiskinan ekstrem cukup menyulitkan. Heroe akan melakukan verifikasi ulang terkait kemiskinan ekstrem di Kota Semarang.
"Dari beberapa tempat yang sudah kami lakukan sampling tidak sebanyak itu," katanya.
Sudah ada beberapa kecamatan seperti Kecamatan Mijen, Ngaliyan, Gunungpati, dan Semarang Barat yang dilakukan verifikasi secara acak.
"Kita juga punya program Semarang Berbagi untuk mengurangi kemiskinan di Kota Semarang. Kita target 2024 kemiskinan ekstrem sudah 0 persen," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.