KOMPAS.com - Jalan Salib merupakan sebuah tradisi umat Katolik yang dilaksanakan di Gunung Gandul, Kelurahan Giriwono dan Giripurwo, Wonogiri.
Prosesi Jalan Salib adalah salah satu rangkaian peringatan jelang Paskah (masa Prapaskah) yang dilakukan pada hari Jumat Agung oleh jemaat Gereja Paroki Santo Yohanes Rasul Wonogiri.
Baca juga: Kisah Wafatnya Isa Almasih atau Jumat Agung
Dikutip dari TribunJogja.com, tradisi Jalan Salib di Wonogiri ini ternyata baru dimulai pada tahun 1990-an.
Sejak saat itu, ratusan umat berdatangan ke panggung alam itu untuk mengikuti seluruh prosesi Jalan Salib yang diadakan di Gunung Gandul pada hari Jumat Agung.
Baca juga: Mengenal Makna Jumat Agung dan Kisah di Baliknya
Dilansir dari TribunFlores.com, Romo Asis yang merupakan Pastor Paroki Katedral Maumere menjelaskan bahwa prosesi Jalan Salib menurut sejarah sudah dirintis oleh Santo Fransiskus Asisi.
Tradisi ini lalu diperkenalkan oleh Ordo Fransiskan abad ke-14 yang kemudian meluas di Gereja Katolik Roma pada abad ke pertengahan.
Oleh Paus Klemens ke XII, Jalan Salib kemudian ditetapkan secara resmi, terkhusus perhentian-perhentian, secara definitif pada abad ke-17 yang berlaku hingga sekarang.
Selanjutnya prosesi Jalan Salib banyak direkomendasikan oleh Paus seperti, Paus Innocentius XI (1686), Innocentius XII (1694), Benediktus XIII (1726), Klemens XII (1731), Benediktus XIV (1742).
Sebelumnya prosesi ini hanya dilakukan di biara-biara setiap hari Jumat, namun sekarang Jalan Salib umumnya dilakukan pada masa Prapaskah.
Umat Katolik di Wonogiri melaksanakan Jalan Salib pada Hari Jumat Agung dengan berjalan kaki sejauh 3 kilometer menaiki Gunung Gandul.
Dalam tradisi teatrikal tersebut, seseorang akan memerankan Yesus yang membawa salib besar dengan disiksa dan diarak menuju atas bukit.
Sementara umat Katolik yang mengikuti prosesi ini akan berjalan di belakangnya layaknya tengah mengiringi Yesus yang memanggul salib ke puncak Golgota.
Selama perjalanan tersebut umat Katolik akan dipandu oleh seorang prodakion untuk berjalan bersama menaiki bukit dan berhenti sebanyak 14 kali untuk memanjatkan doa.
Adapun 14 stasi atau perhentian Jalan Salib tersebut antara lain:
1. Yesus dijatuhi hukuman mati
2. Yesus memikul salib ke gunung Golgota
3. Yesus jatuh untuk pertama kalinya
4. Yesus berjumpa dengan Bunda Maria, Ibu-Nya
5. Simon dari Kirene membantu memikul salib Yesus
6. Veronika mengusap wajah Yesus
7. Yesus jatuh untuk yang kedua kalinya
8. Yesus menghibur wanita-wanita yang menangis
9. Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
10. Pakaian Yesus ditanggalkan
11. Yesus dipaku pada kayu salib
12. Yesus wafat di kayu salib
13. Yesus diturunkan dari kayu salib
14. Yesus dimakamkan
Setiap pemberhentian tersebut merupakan gambaran dari kejadian demi kejadian yang dialami Yesus dalam proses penyaliban.
Dilansir dari laman Kemenag Jateng, tradisi Jalan Salib dilaksanakan sebagai visualisasi kisah sengsara pengorbanan Yesus Kristus dalam bentuk drama teatrikal.
Melalui visualisasi itu, umat Katolik diajak berefleksi, mengenang penderitaan Yesus sejak mulai ditangkap, dicela, disiksa, dan akhirnya mati dikayu salib.
Diharapkan dengan mengikuti tradisi ini, umat dapat memiliki rasa mengasihi sesama dan mau berkorban bagi yang membutuhkan.
Selain itu, diharapkan seluruh umat bisa mewujudkan damai sejahtera, menciptakan ketenangan, mewujudkan toleransi di tengah perbedaan.
Dengan begitu akan tercipta kedamaian dan kerukunan di tengah-tengah keluarga, masyarakat, gereja dan negara.
Sumber: flores.tribunnews.com, jogja.tribunnews.com, jateng.kemenag.go.id
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.