Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Makam Korban G-30-S Dirawat oleh Pencari Nomor Togel

Kompas.com - 01/10/2022, 05:59 WIB
Sabrina Mutiara Fitri,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang memiliki cerita sejarah yang lekat dengan peristiwa Gerakan 30 September PKI atau dikenal dengan G-30-S. Salah satu bukti sejarah itu ditandai dengan adanya makam korban G-30-S di kawasan Hutan Plumbon, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.

Cukup sulit untuk menemukan makam tua bersejarah ini. Letaknya di tengah hutan, dikelilingi pohon-pohon besar dan banyak rumput ilalang.

Sesampainya di lokasi, terdapat batu nisan setinggi kira-kira 1 meter yang diapit dua lingkaran bebatuan. Tak hanya itu, ada pula pondasi batu bata berlumut sepanjang 4x8 meter mengelilingi kawasan makam.

Baca juga: Kisah Moetiah, Anggota Gerwani yang Minta Berdoa dan Qiroah Sebelum Dieksekusi di Tengah Hutan Plumbon Semarang

Tulisan hitam diatas batu nisan kini tampak pudar. Meski demikian, beberapa nama jenazah yang dikuburkan masih bisa terbaca.

Salah satu warga Plumbon, Ahmad Khamin, menuturkan, nisan berwarna abu pudar itu telah diresmikan tahun 2015 lalu oleh Perkumpulan Aktivis Semarang Peduli HAM (PAS-HAM).

Dirinya menyebut, terdapat 8 nama yang terdeteksi dari 24 jenazah yang dikubur di makam tersebut.

"Dulu saya sempat yang merawat dan bersihin makam ini. Kalau sekarang, hanya kadang saja," tutur Khamin saat ditemui Kompas.com, Jumat (30/9/2022).

Dia mengatakan, sekitar tahun 90 hingga 2000-an, makam korban pembantaian G-30-S ini kerap didatangi oleh masyarakat untuk mencari nomor togel. Bahkan, pencari nomor togel juga ikut serta merawat makam tersebut.

"Orang kalau nyari nomor hampir setiap waktu pasti ada. Pagi, siang, sore, malam tidak ada berhentinya," tutur Khamin.

Sementara itu, Aktivis Kemanusiaan dan Penggiat HAM dari Perkumpulan Masyarakat Semarang, Yunantyo Adi, membenarkan jika makam tersebut pernah menjadi kawasan ritual mencari togel.

Justru, mereka lah yang sering membersihkan, dan membuat lingkaran bebatuan di sekitar batu nisan.

"Dulu ke makam PKI itu stigmanya tinggi. Berkat tukang togel sering datang, makam bersih," tutur Yunantyo.

Dirinya menuturkan, makam bersejarah ini diresmikan pada 1 Juni 2015 oleh kawan-kawan aktivis.

Namun seiring berjalannya waktu, The International Center for the Promotion of Human Rights (CIPDH), organisasi dibawah naungan UNESCO menobatkan makam tersebut sebagai situs sejarah korban perang.

"Mereka menilai makam ini memiliki nilai edukasi. Karena pemakaman ini memperoleh perlakuan yang berbeda dari orang zaman sekarang," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com