Jika pengunjung datang di luar bulan Juli hingga Agustus, cuacanya tidak terlalu cerah bahkan akan tertutup kabut.
Pada November hingga Desember, cuaca dalam kondisi hujan yang dapat menyulitkan pendakian.
Yang perlu diwaspadai pada Juli hingga Agustus adalah kondisi cuaca dingin, karena saat itu sudah memasuki musim kemarau.
Udara di sekitar Gunung Prau dapat mencapai 0 derajat celcius bahkan bisa membentuk embun es.
Baca juga: Gunung Prau: Asal-usul, Flora dan Fauna, Jalur Pendakian, hingga Misteri Pintu Gaib
Pada Januari hingga Maret, Gunung Prau akan ditutup secara total sebagai agenda rutinitas tahunan pengelola.
Alasan penutupan adalah faktor cuaca yang sudah memasuki musim hujan dan untuk pemulihan ekosistem.
Dalam masa ini, pengelola akan melakukan perbaikan serta perawatan jalur, reboisasi, dan pembersihan sampah.
Setiap pendaki akan dikenai tiket masuk senilai Rp 25.000.
Selain mendapatkan tiket, pendaki akan mendapatkan peta sebagai panduan jalur dan kantong sampah.
Untuk menikmati fasilitas basecamp seperti toilet dan lainnya, pendaki akan dikenai tarif senilai Rp 10.000.
Di basecamp ini, pendaki dapat istirahat sambil meluruskan kaki sebelum atau setelah naik gunung. Selain itu, pendaki juga dapat bermalam sebelum mendaki pada esok hari.
Fasilitas penunjang lainnya di basecamp adalah kamar mandi, tempat parkir, warung makan, toko souvenir, hingga minimarket.
Tersedia juga, fasilitas menginap (homestay) di sekitar basecamp termasuk peralatan berkemah.
Baca juga: 6 Tips Mendaki Gunung Prau via Igirmranak, Siapkan Senter walau Siang
Sementara biaya parkir senilai Rp 10.000 untuk sepeda motor dan Rp 20.000 untuk mobil.
Di masa pandemi Covid-19, pengunjung yang ingin mendaki harus membawa surat keterangan sehat, kartu vaksin, dan identitas asli.