Sementara penghasilan Furqon dari berdagang hanya mampu untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari.
Dengan persuasif, Dedi kembali menjelaskan bahwa apa yang dilakukan Furqon sangat membahayakan. Bahkan jika sampai terjadi longsor dan mengakibatkan korban maka Furqon bisa dipidanakan.
Akhirnya, Furqon pun menyerah dan berjanji akan berhenti menambang batu.
“Iya, Pak. Saya mau berhenti,” jawab Furqon yang diiringi salam dengan Dedi pertanda sumpah untuk menghentikan kegiatan penambangan.
Mendengar janji tersebut Dedi kemudian memberikan sejumlah uang sebagai pengganti penghentian kegiatan tambang.
Ia pun memberikan uang tambahan untuk merapikan bekas tambang dan menggantinya dengan menanam pohon.
Dedi berharap Pemda Garut bisa tergerak hatinya untuk menghentikan penambangan dan penebangan hutan karena sangat rawan.
"Harus segera ada tindakan jangan ada pembiaran, jangan nunggu bencana yang lebih besar. Mencegah itu lebih utama daripada kita harus nunggu bencana. Kalau tidak ada izinnya saya minta pemda dan jajaran Polres Garut untuk menutup penambangan liar,” kata Dedi Mulyadi.
Sebelum bertemu Furwon, di sepanjang jalan menuju Garut Selatan, Dedi Mulyadi melihat banyak kawasan yang berpotensi longsor akibat banyak pohon yang ditebang dan penambangan pasir juga batu.
“Semestinya daerah ini tidak boleh lagi ada pohon yang ditebang. Andai kata ini kayu milih warga maka pemerintah bisa mengganti kayu itu dengan uang, karena (recovery) bencana lebih mahal daripada mengganti pohon itu,” ujar Dedi yang dikofirmasi ulang Kompas.com via sambungan WhatsApp, Senin (1/8/2022).
Dedi mengatakan, pihaknya memahami betul kebutuhan ekonomi warga yang melakukan penebangan.
Kebanyakan pohon ditebang adalah yang sebelumnya ditanam oleh warga. Sehingga warga merasa berhak menambang pohon tersebut tanpa berpikir panjang dampaknya.
Ia pun meminta pihak terkait mulai dari pemerintah daerah hingga kementerian untuk melakukan pencegahan bencana akibat penebangan dan penambangan. Salah satunya adalah dengan membeli pohon warga agar tidak ditebang.
“Warga butuh duit karena merasa mereka yang menanam pohon, ganti duitnya yang tidak seberapa dengan dampak bencana. Kalau longsor bisa habis ratusan juta, miliaran lagi,” ucapnya.
Di titik lain Dedi melihat dua unit alat berat yang diduga digunakan untuk menambang batu. Namun di lokasi sedang tidak orang dan penambangan terhenti.
Baca juga: Pembabatan Hutan di Hulu Sungai Disebut sebagai Penyebab Garut Diterjang Banjir
Penambangan tersebut berada tepat di sisi jalan raya yang sangat membahayakan pengendara jika terjadi longsor. Tak hanya itu bekas tambang juga menutupi aliran air yang berpotensi meluap jika terjadi hujan deras.
“Pasti ini tidak berizin, mohon segera untuk ditertibkan karena daeran rawan,” kata pria yang identik dengan iket putih itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.