Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Suhu Dingin di Musim Kemarau, Apakah Normal?

Kompas.com - 28/07/2022, 19:36 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Fenomena suhu dingin pada musim kemarau kerap dirasakan di beberapa wilayah di Indonesia.

Biasanya masyarakat akan merasakan suhu yang lebih dingin dibanding waktu-waktu sebelumnya, terutama pada malam hingga pagi hari.

Baca juga: Suhu Dingin di Sumenep, Terendah 21 Derajat Celsius

Padahal di musim kemarau seharusnya suhu udara semakin tinggi dengan suasana sangat terik di siang hari.

Baca juga: Fenomena Bediding, Penyebab Suhu Dingin di Malam Hari pada Musim Kemarau

Sebagaimana diketahui, musim kemarau identik dengan curah hujan rendah di sebagian besar wilayah Indonesia.

Baca juga: Daftar Daerah dengan Suhu Dingin Ekstrem, Capai 2 Derajat Celsius hingga Muncul Es

Maka muncul pertanyaan, apakah kondisi suhu dingin di musim kemarau ini merupakan fenomena yang normal?

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com (25/07/2022), Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin memberi penjelasannya terkait fenomena suhu dingin di musim kemarau.

Menurutnya, fenomena suhu dingin ini sebetulnya merupakan peristiwa alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau.

Miming juga menjelaskan bahwa fenomena suhu udara dingin biasa terjadi setiap tahunnya, dan sejauh ini kondisi musim kemarau di Indonesia masih cukup normal.

Bahkan, suhu dingin yang terjadi berpotensi memunculkan embun es atau embun upas di seperti yang kerap terjadi di Dieng maupun dataran tinggi atau wilayah penggunaan lainnya.

Penyebab Suhu Dingin di Musim Kemarau

Dijelaskan pula bahwa penyebab suhu dingin ini tak lepas dari periode puncak musim kemarau.

Hal ini ditandai oleh pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia.

Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin, sehingga pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

“(Monsoon) bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudra Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin,” ujar Miming.

Hal inilah yang mengakibatkan suhu menjadi terasa lebih dingin di beberapa wilayah Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Selain itu, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mempengaruhi terjadinya suhu dingin saat malam hari.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

SDN 52 Buton Terendam Banjir, Pagar Sekolah Terpaksa Dijebol

Regional
Tantang Mahyeldi di Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Tantang Mahyeldi di Pilkada Sumbar, Bupati Solok Daftar ke Nasdem

Regional
Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Kemeriahan BBI BBWI dan Lancang Kuning Carnival di Riau, dari 10.000 Penari hingga Ratusan UMKM dan Ekonomi Kreatif

Regional
Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Bersengketa di MK, Penetapan Kursi DPRD Bangka Belitung Tertunda

Regional
Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Banjir Luwu, Korban Meninggal Jadi 10 Orang, 2 Masih Dicari

Regional
Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Capaian Keuangan Sumsel, Nilai Ekspor 503,09 Juta Dollar AS hingga NTUP Naik 1,5 Persen 

Regional
Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Pemprov Sumsel dan Pemerintah Kanada Perkuat Kerja Sama Tangani Perubahan Iklim lewat Sektor Pertanian

Regional
Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Gempa Bumi Magnitudo 4,9 Guncang Sumba Barat Daya NTT

Regional
Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Seorang Ibu di Kupang Potong Tangan Anaknya hingga Nyaris Putus

Regional
Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Meningkat dalam Tiga Hari Terakhir, Status Siaga

Regional
3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

3 Tahun Bersembunyi Usai Membakar Rumah dan Sepeda Motor, 7 Pria di NTT Serahkan Diri ke Polisi

Regional
Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Jaksa Beberkan Dugaan Korupsi Kades Wailebe NTT yang Ditetapkan Jadi Tersangka

Regional
Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Perkembangan Situasi di Intan Jaya, TNI-Polri Berhasil Evakuasi Jenazah Warga yang Ditembak KKB

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 4 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Hujan Ringan

Regional
Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Antisipasi Meroketnya Harga Pangan, Alokasi Pupuk Ditambah 9,55 Juta Ton

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com