Mereka akan mengambil air tawar milik warga karena persediaannya habis dan mengambil barang-barang berharga yang ada.
Kemudian, mereka masuk kampung dan berpencar untuk menjalankan aksinya. Warga pun ketakutan dan terpaksa menyerahkan barang berharga yang dimilikinya.
Saat, kapten perampok menuju rumah Ning Mundul, ia melihat istri Ning Mundul yang cantik tengah menjemur ikan seorang diri.
Baca juga: Cerita Rakyat Papua, Asal-usul Penyebaran Suku-suku di Merauke
Kebetulan di rumah Ning Mundul memiliki persediaan air bersih yang cukup besar.
Kapten perampok tertarik dengan kecantikan istri Ning Mundul dan muncul keinginan untuk membawa istri Ning Mundul pergi.
Kemudian, ia memerintahkan anak buahnya mengambil persediaan air dan membawa pergi istri Ning Mundul ke kapal mereka.
Istri Ning Mundul terkejut kedatangan sekelompok orang asing, ia hanya mampu berteriak memangil suaminya yang tengah bekerja saat akan dibawa ke kapal perampok.
Warga kampung yang mendengar jeritan istri Ning Mundul tidak bisa berbuat banyak karena ketakutan.
Terlebih saat itu, kebanyakan warga adalah kaum perempuan dan anak-anak. Namun, ada satu warga yang menyelinap ke untuk menyusul Datu Ning Mundul ke kebunnya.
Setiba di kebun di Ning Mundul dan bertemu dengan Ning Mundul, dengan nafas terengah-engah ia menyampaikan bahwa kampung tengah terjadi keributan karena ulah perampok. Istri Ning Mundul akan dibawa paksa oleh perampok.
Meskipun terkejut, Ning Mundul berusaha tenang dan sabar. Ia masih meraut rotan sebagai pengikat tiang-tiang pondok yang akan didirikannya.
Setelah mengetahui bahwa perampok bukan warga desanya, Ning Mundul meminta warga yang menginformasikan adanya perampok dikampung mereka untuk pulang lebih dahulu.
Baca juga: Kisah Arya Penangsang Asal Jawa Tengah: Rasa Dendam yang Berujung Petaka
Setibanya di kampung, Ning Mundul melihat istrinya diseret dan dipaksa oleh sekelompok perampok tersebut. Walaupun marah, Ning Mundul berusaha tetap tenang.
Tanpa merasa takut, Ning Mundul membujuk perampok agar melepaskan istrinya dan membicarakan apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Namun, para perampok tidak mengindahkan tawaran Ning Mundul. Mereka justru menunjukkan sikap pongahnya dengan bebas melakukan apa saja dan mengambil perempuan mana saja.