LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Rencana pemerintah yang akan menaikkan harga tiket dan membatasi jumlah pengunjung di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT menuai penolakan keras dari pelaku pariwisata.
Rencananya tiket masuk ke kawasan Taman Nasional Komodo menjadi Rp 3,75 juta per orang untuk periode satu tahun mulai 1 Agustus mendatang. Selain itu pengunjung juga akan dibatasi 200.000 orang per tahun.
Ketua Insan Pariwisata Indonesia DPD NTT, Rafael Tadowela, menolak keras wacana tersebut karena dinilai sangat provokatif dan tendensius.
Baca juga: Satu Wisatawan yang Tenggelam di Perairan Taman Nasional Komodo Ditemukan
"Dengan tiket Rp 3,75 juta, itu berarti Taman Nasional Komodo sangat ekslusif. Saya minta untuk tutup saja, jangan dikunjungi," ujar Rafael saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (28/6/2022).
Rafael menuturkan, harga tiket yang dipatok Rp 3,75 itu terlalu mahal dan hanya orang tertentu yang bisa membayarnya.
"Orang-orang kaya saja yang bisa datang, sedangkan masyarakat menengah ke bawah tidak bisa," katanya.
Padahal, kata dia, kawasan Taman Nasional Komodo itu semestinya mengusung asas universalitas yang harus dilihat semua orang.
Baca juga: KLHK: Pengunjung di Taman Nasional Komodo Perlu Dibatasi
Namun dengan harga tiket masuk Rp 3,75 juta, ia khawatir hanya orang tertentu yang bisa masuk.
"Artinya negara sendiri yang menciptakan diskriminasi terhadap ekosistem kawasan Taman Nasional komodo," katanya.
Rafael menjelaskan, Taman Nasional Komodo masuk dalam kawasan konservasi di Indonesia seperti Gunung Bromo, Kelimutu, dan yang lainnya.
Untuk itu, kebijakan menaikkan harga tiket dan pembatasan kuota pengunjung seharusnya berlaku di semua kawasan taman nasional.
"Jangan hanya di TN Komodo. Itu sangat diskriminatif terhadap pelaku pariwisata di Labuan Bajo serta Flores umumnya," ujarnya.
Jika harga tiket memang naik, kata dia, pemerintah mesti mengubah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 terkait dengan pendapatan negara non pajak.
"Ubah semua. Rp 3,75 juta semua seluruh Indonesia," tegas dia.
Adapun, Rafael mengusulkan, apabila kenaikan harga tiket dan pembatasan kuota pengunjung bertujuan untuk konservasi, maka Taman Nasional Komodo sebaiknya ditutup total agar tidak ada nilai komersial sama sekali.
Baca juga: Wisatawan Bakar Petasan di TN Komodo, BTNK Diminta Terbitkan Lisensi Konservasi bagi Guide
"Misalnya, kalau nanti menggunakan kuota saya punya tamu, ada 50 orang. Saat saya mendaftar dalam sistem online lalu dibilang, kuota penuh. Hanya 10 yang bisa. Mau ke mana 40 orang? Itu kan masalah ekonomi saya sebagai pelaku wisata," tuturnya.
"Lalu, tamu dari mana nanti yang akan memenuhi kuota? Tamu kementerian, tamu gubernur? Sementara tamu kami, bagaimana?" imbuhnya.
Ia mengatakan, rencana pembatasan kuota pengunjung dan naiknya harga tiket ini dapat mengancam perekonomian orang lokal.
Rafael mengaku tak segan berdemo jika kenaikan harga tiket itu jadi diterapkan.
"Lebih baik tidak perlu dikunjungi sama sekali, daripada buat aturan tak manusiawi," ungkap dia.
Baca juga: Untuk Pertama Kali, 16 Bayi Komodo Lahir di Bali
Ia mendesak pemerintah menghentikan rencana tersebut. Menurutnya, selama dua tahun terakhir pariwisata di Labuan Bajo lesu akibat pandemi Covid-19.
Kini semua pihak tengah berupaya memulihkan kembali, termasuk di Taman Nasional Komodo.
"Jangan dengan wacana naik tiket komdo menghancurkan harapan masyarakat loka, tidak boleh. Kita ingin ekonomi kita naik pasca pandemi Covid-19. Masyarakat sangat diuntungkan ekonominya dari melakukan kunjungan atau membawa tamu ke sana," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.