Dalam kondisi itu, Ai kerap menangis, lantaran tak sanggup melihat putranya berjibaku dengan rasa sakit yang tak pernah dirasakan.
"Ada pengalaman, ketika dia lagi sakit-sakitnya kaki dia, dia sempat mukul mukul sendiri dan itu saya suka gak kuat, saya sampai bilang : "Pukul aja Mamah, jangan pukul badan Dede, coba ke Mamahin rasa sakitnya," dia teriak : "Gak kuat mah ini tuh sakit banget," dia sampai menjambak rambutnya," kata dia sambil berderai air mata.
Tak sanggup melihat anaknya harus menderita, saat Arya diserang nyeri yang tak berkesudahan. Ia mengaku kerap menghubungi langsung pihak Rumah Sakit untuk segera dilakukan penanganan
"Kalau udah kaya gitu saya nelepon langsung ke pihak Rumah Sakit, akhirnya direkomendasikan untuk ke IGD," tuturnya.
Kendati, harus bergelut dengan rasa sakit. Arya dikenal sebagai anak yang memiliki IQ di atas rata-rata.
Baca juga: Havana Hills Cilacap: Harga Tiket, Jam Buka, dan Daya Tarik
Sang Ibu menuturkan, Arya selalu siap dan mampu menjawab setiap soal ketika ada tugas atau ujian dari sekolah.
Saat ini Arya masih belum bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) lantaran dia masih belum bisa berjalan.
"Tapi selama di sekolah waktu SD ada psikotes gitu, alhamdulillah secara IQ dia bagus. Waktu itu Arya masih kelas 6 SD, sekarang itu Arya masih belum bisa melanjutkan ke jenjang SMP karena belum bisa berjalan, pengalaman itu yang gak bisa saya lupakan," ujarnya.
Kehilangan Anak ke-4
Bak kisah sinetron, Ai mesti kembali menelan pil pahit. Setelah mengikhlaskan Salsa putri keduanya, Ai juga harus rela kehilangan Bilqis putri bungsunya.
Ketika diwawancarai Kompas.com, Ai mengaku kepulangan Bilqis baru menginjak 100 hari. Padahal, putri bungsunya negatif Thalasemia.
"Apalagi kemarin saya mengalami down, karena adiknya Arya meninggal, tapi alhamdulillah adiknya Arya sehat sudah saya screening, tapi kenapa harus cepat diambil, mungkin ini pembelajaran juga buat saya," ungkapnya.
Ujian yang bertubi-tubi itu sempat membuat ia drop bahkan stres. Wajar saja, ia kerap meratapi nasibnya yang harus membesarkan buah hati dengan penyakit thalasemia.
"Banyak, dan gak bisa saya lupakan. Karena, saya itu mengalami perasaan yang gimana, melihat anak orang lain pada sehat tapi anak saya sakit. Mungkin ini ujian atau teguran buat saya, ya diambil hikmahnya," tuturnya.
"Mungkin Allah lebih sayang ke Arya, meskipun Arya dikasih penyakit tapi Allah masih sayang dan memperpanjang hidupnya. Saya yakin tidak semua yang sakit itu bakal cepat meninggal toh yang sehat juga gak tau soal usia mah," tambahnya.
Baca juga: Bayi Perempuan Ditemukan di Dalam Kantong Keresek di Kopo Bandung, Disimpan Dekat Pos Satpam
Kendati begitu, berlama-lama meratapi kesedihan bukan sesuatu yang dibutuhkan oleh Yusifa dan Arya.
Doa, harapan, dan dukungan moral adalah suplemen terbaik bagi buah hatinya untuk bisa terus hidup berdampingan bersama Thalasemia.
Pun baginya, hingga hari ini ia masih harus terus menjalani medan jurit tanpa ada kata "Menyerah" atau "Kalah".
"Thalasemia itu gak menular, justru yang menular itu semangatnya," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.