Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batal Ikut SEA Games Vietnam, Ini Curahan Hati Sutjiati Narendra, Atlet Lampung Peraih Emas PON Papua

Kompas.com - 19/04/2022, 22:23 WIB
Tri Purna Jaya,
I Kadek Wira Aditya

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.com - Kurangnya dukungan terhadap para atlet di daerah menjadi benang merah curahan hati Sutjiati Kelanaritma Narendra (18), seorang gadis yang menjadi atlet senam ritmik asal Lampung.

Atlet peraih dua emas dan satu perak di PON XX Papua itu sempat mencurahkan isi hatinya terkait kebatalannya berangkat ke SEA Games Vietnam.

Sutji, panggilan akrabnya, juga menceritakan tentang bonus dari pemerintah daerah yang belum cair hingga sekarang, padahal bonus ini hendak dipakai untuk membiayai akomodasinya mengikuti sejumlah kejuaraan.

Baca juga: Bonus Sutjiati Narendra Atlet Peraih 2 Emas di PON Papua Belum Cair, Wagub Lampung: Sing Sabar...

Curahan hati itu dijabarkannya dalam surat terbuka yang kemudian diunggah di akun Instagram pribadinya, @sutji.ritma pada pekan lalu.

Saat dihubungi melalui WhatsApp, Sutji membenarkan isi surat terbuka tersebut bercerita tentang masalah yang sedang dialaminya sekarang.

"Cerita saya adalah salah satu contoh dari banyak atlet di Indonesia yang bernasib sama, bagaimana persiapan menit terakhir akan sangat mempengaruhi kinerja dan karir kami," kata Sutji mengutip surat terbuka yang telah dia unggah itu, Selasa (19/4/2022) malam.

Baca juga: Cerita Sutjiati Narendra, Atlet Peraih 2 Emas di PON Papua, Pilih Lepas Timnas AS demi Indonesia

Gadis blasteran Indonesia - Amerika ini mengungkapkan, dia pindah ke Indonesia dikala torehan prestasinya di Timnas Junior Amerika sedang mentereng.

Mimpinya untuk membela Indonesia di kancah internasional menjadi salah satu faktor dia memilih Indonesia dibanding Amerika.

Namun, pasca meraih emas di PON Papua, mimpi itu terpaksa dikuburnya dalam-dalam. Pemerintah pusat membatalkan keberangkatannya mengikuti SEA Games Vietnam meski sudah dijanjikan.

"Ketika saya meraih dua emas dan satu perak di PON XX Papua tahun lalu saya diberitahu bahwa saya akan didukung untuk mempersiapkan pertandingan di ajang Olimpiade," kata Sutji.

Menurutnya, euforia peraihan medali di PON Papua itu perlahan memudar dan tidak lagi diperhatikan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

"Pelatih saya dan saya bahkan disuruh mencari sponsor untuk kami sendiri," kata Sutji.

Biaya yang diperlukan mencapai Rp 100 juta-an untuk dia dan pelatihnya.

Sutji pun mengatakan, rencananya dia mau memakai biaya pribadi dengan mengandalkan bonus dari PON tahun lalu.

"Harus ikut beberapa pertandingan di luar SEA Games ini, mau pakai bonus tahun kemarin rencananya," kata Sutji.

Namun, bonus yang dijanjikan pun belum cair meski pemerintah daerah mengatakan pada April 2022 bonus itu ditransfer.

Secara garis besar, Sutji menyoroti para atlet di Indonesia tidak memiliki kesempatan bersaing di kancah internasional dan kemudian tertahan untuk dikirim ke luar negeri karena dikatakan belum cukup berprestasi.

Lalu semua argumen itu disatukan dengan alasan masalah pendanaan, kurangnya struktur organisasi yang efisien, dan minimnya perencanaan yang efektif.

"Oleh karena itu kita memiliki banyak atlet di Indonesia yang telah menjadi korban dari sistem yang tidak maksimal ini," kata Sutji.

Sutji menegaskan, Indonesia membutuhkan rekonstruksi besar-besaran dalam sistem organisasi olahraganya.

"Jika kita ingin mencetak atlet elite sekelas internasional, program jangka panjang harus menjadi prioritas," kata Sutji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sumsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Pilkada Banten 2024, Gerindra-Demokrat Ingin Lanjutkan KIM di Banten

Regional
Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Pengusaha Kerajinan Tembaga Boyolali Ditemukan Tewas di Rumahnya, Diduga Dibunuh

Regional
Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Puncak Gunung Lewotobi NTT Hujan Deras, Warga Diimbau Waspadai Banjir Lahar

Regional
Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Pagi Berdarah, Suami di Ciamis Bunuh dan Mutilasi Istri di Jalan Desa

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com