SOLO, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo menanggapi pernyataan dari Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.
Sebelumnya, Megawati menyarankan masyarakat untuk merebus makanan ketika sulit mendapatkan minyak goreng.
Namun, banyak warganet media sosial yang mencibir presiden kelima RI itu karena dianggap tidak berempati dengan masyarakat saat ini.
Baca juga: Elite PDI-P: Ada Yang Tak Paham Maksud Megawati Saat Berkomentar soal Minyak Goreng
Seperti halnya, warganet yang mempertanyakan dan merespons seperti ditulis beberapa akun Twitter.
"Kok begini ya statementnya.. Nyari tidak ada empati Ketum Partai wong cilik ini!" tulis akun @NenkMonica.
"Kerupuk kalo direbus jadinya seblak ibuuuu tau apa nda yaa," tulis akun @zarazettirazr, Jumat (18/3/2022).
Menanggapi kritik itu, FX Hadi Rudyatmo mengatakan pesan yang disampaikan Megawati Soekarnoputri semata-mata untuk para kaum elite pemangku kebijakan
"Jangan itu yang dibahas. Namun apa yang dibicarakan Mbak Mega adalah bahasa Jawa-nya digodok. Para elite politik agar menggodok, merumuskan, supaya tidak antre minyak goreng bagaimana," kata Rudy, pada Kamis (24/3/2022).
Rudy menambahkan, arti kata menggodok yang dimaksud adalah merumuskan sebuah kebijakan atau solusi atas apa yang dialami rakyat.
Baca juga: Membaca Kecerobohan Komunikasi Politik Megawati dalam Polemik Minyak Goreng
Harus ada pembicaraan atau musyawarah untuk menentukan kebijakan yang paling tepat untuk rakyat untuk saat ini.
"Kalau saya sebagai orang Jawa bilang digodok itu dibicarakan. Dimasak dulu, dicarikan solusinya dulu dibicarakan supaya tidak antre minyak. Tapi penyampaian seperti itu saya tidak mau mengomentari," jelas Rudy.
Rudy mengaku lebih suka mengambil makna yang terkandung dari pernyataan Megawati tersebut.
"Tapi kalau netizen melihat seperti itu, itu hak pribadi masing-masing. Tapi saya menangkapnya ini adalah makna dari kata godok, digodok itu dibicarakan, dimusyawarahkan. Sebelum ada kejadian seperti itu digodok," lanjutnya.
Selain itu, Rudy bercerita selama ini sudah terbiasa makan makanan yang dimasak dengan cara direbus.
Baca juga: Membaca Kecerobohan Komunikasi Politik Megawati dalam Polemik Minyak Goreng
"Saya kalau ngrowot 40 hari makan hanya singkong. Jadi karena ini tahun politik ya semua akan dibolak-balikkan, digoreng. Tapi saya sepakat sebagai pribadi, saya menghindari makanan gorengan. Kesehatan luar biasa," ujar Rudy.
Rudy pun menyinggung ketika orang mau makan makanan yang digoreng harus mencari tisu untuk menyerap minyaknya.
"Kalau ndak bisa goreng ya direbus. Pisang rebus. Mau tempe tidak digoreng ya direbus, ditumpang," jelasnya.
Saran lainnya, Rudy menjelaskan tempe dibakar kemudian diolah menjadi tempe penyet
Menurutnya tempe bakar lalu dibuat sambal rasanya enak. "Itu saja, tempe dibakar, disambal, enak," tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.