KOMPAS.com - Beberapa kota di Indonesia memiliki landmark berupa menara air.
Menara air ini tak hanya menjadi penanda lokasi, namun juga berfungsi sebagai penyimpanan ketersediaan air minum bagi daerah di sekitarnya.
Baca juga: Jokowi: Perguruan Tinggi Harus Fungsikan Diri sebagai Menara Air
Penampakan menara air ini cukup menarik karena telah berdiri lebih dari seratus tahun, namun masih kokoh meski beberapa di antaranya sudah tidak terawat.
Berikut adalah beberapa menara air yang menjadi landmark kota-kota di Indonesia.
Baca juga: Menara Air Peninggalan Hindia-Belanda Dibiarkan Terbengkalai
Reservoir menara yang memiliki ketinggian 42 meter dengan berat 330 ton ini terletak di Jalan Sisingamangaraja No 1, Kecamatan Medan Kota.
Menara air PDAM Tirtanadi menjadi salah satu ikon Kota Medan yang dibangun sejak jaman kolonial Belanda.
Baca juga: Cerita Menara Air Tua di Tengah Padatnya Permukiman di Manggarai
Menara ini dibangun pada 8 September 1905 oleh Hendrik Cornelius Van Den Honert yang bekerja pada perusahaan NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih.
Menara Tirtanadi saat ini dikelola oleh PDAM Tirtanadi dan masih kerap dijadikan objek wisata untuk berfoto oleh para wisatawan.
Jember juga memiliki menara air yang ada di tengah pasar Pasar Tanjung yang menjadi salah satu bangunan cagar budaya.
Menara air ini dulu dikenal dengan sebutan Watertoren te Djember dan dibangun pada tahun 1932 oleh Provincial Water Leiding Bedrijf, yang dikelola Pemerintah Belanda (Provincie Oost Java).
Setelah perusahaan tersebut dijual kepada Regentschap te Djember, dan sejak tahun 1940 perusahaan tersebut berganti nama menjadi Regentschap Water Leiding Bedrijf te Djember yang menjadi cikal bakal Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Jember.
Kini, menara air Pasar Tanjung tak lagi difungsikan namun menjadi salah satu maskot atau ikon yang ada di Kota Jember.
Kota Magelang memiliki landmark menara air yang berbentuk seperti kompor minyak tanah raksasa dengan tinggi 21,2 meter, diameter 20 meter dan ditopang 32 tiang penyangga.
Bangunan menara air ini dibangun antara tahun 1916 hingga 1920 dan dirancang seorang arsitek Belanda Herman Thomas Karsten.
Menara air ini dapat menampung air sebanyak 1.750.000 liter yang dulu difungsikan untuk menyuplai air bersih bagi warga Belanda yang ada di Kota Magelang.
Menara air yang masih terawat dengan baik ini merupakan salah satu obyek vital, sehingga tidak sembarang orang bisa naik ke puncaknya.
Menara Waterleiding Tegal adalah bangunan menara air yang berlokasi di Jalan Pancasila Kota Tegal.
Bangunan penampung air ini merupakan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda.
Menara Waterleiding Tegal dibangun pada 1931 dan sekilas bentuknya mirip dengan Menara Pisa di Italia.
Tinggi menara air ini mencapai 30 meter dengan luas bangunan 95 meter dan berdiri di lahan seluas 4.058 meter.
Menara air ini juga digunakan sebagai spot foto, walau begitu masyarakat tidak disarankan untuk naik ke bagian atasnya.
Menara air minum ini menyerupai dua tangki raksasa berdiameter 8,25 meter dengan tinggi 5 meter yang dibatasi 6 tugu pembatas dari batu granit.
Watertoren atau menara air ini dibangun pada 1932 sebagai bagian dari fasilitas instalasi air minum milik Pemerintah Hindia Belanda.
Pembangunan menara air ini dilakukan atas saran seorang ahli bernama Bas van Hout.
Menara Air Minum ini merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Pangkalpinang dan dilindungi undang-undang nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Meski tidak lagi digunakan, namun kondisi bangunan menara air ini masih terjaga dengan baik.
Sumber:
medan.tribunnews.com
jateng.tribunnews.com
bangka.tribunnews.com
siskaperbapo.jatimprov.go.id
rri.co.id