Ketika berdoa, pawang hujan memohon kepada Tuhan agar bisa berkomunikasi dengan sosok yang menjaga angin, hujan, dan mendung.
“Di dunia ini, semua tempat ada yang menjaga, dijaga oleh Allah dan makhluk Allah,” tuturnya.
Andrik menerangkan, kepercayaan dan keyakinan tersebut seharusnya tak dipertentangkan.
“Apa yang mereka percayai dan yakini ya ndak papa karena itu tidak melanggar apa-apa,” sebutnya.
Baca juga: Mbak Rara, Sosok Pawang Hujan di Sirkuit Mandalika
Guru besar bidang Ilmu Komunikasi Lintas Budaya di UNS Surakarta ini menyampaikan, karena pawang hujan beririsan dengan sesuatu yang bersifat gaib, hal itu memicu perdebatan.
Andrik berpandangan, orang-orang yang skeptis terhadap pawang hujan sebenarnya juga boleh-boleh saja.
“Ya ndak papa, wong mereka ndak paham. Ini seperti kasus wayang. Ada yang bilang wayang harus dihapuskan. Ini sebenarnya hanya instrumen saja,” ungkapnya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik MotoGP Mandalika, dari Aksi Rara si Pawang Hujan hingga Dedikasi Juara untuk Risman
“Pawang merupakan sebuah usaha atau ikhtiar saja yang tidak dapat dipastikan kehebatan hasilnya. Karena bagaimana pun, ada kekuatan lain di atas kita yang mengatur,” jelasnya.
Baca juga: Rara Si Pawang Hujan Sempat Dilarang Dorna untuk Masuk ke Lintasan
Oleh karena itu ketika gelaran MotoGP Mandalika, tak hanya pawang hujan yang bekerja untuk memodifikasi cuaca.
“Di sana kan juga ada pesawat yang dikendalikan oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) supaya mengurangi entitas mendung. Itu ya ikhtiar juga. Dua-duanya merupakan ikhtiar manusia,” tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.