KOMPAS.com - Gamelan Sekaten merupakan perangkat gamelan yang dibunyikan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sekaten merupakan upacara tradisional yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Upacara Sekaten diselenggarakan secara periodik satu tahun sekali, yaitu setiap 5 sampai 11 Rabiul Awal (dalam kalender Jawa disebut Mulud).
Upacara akan ditutup pada tanggal 12 Rabi'ul Awal dengan menyelenggarakan Garebeg Maulud.
Perayaan Sekaten di Surakarta diselenggarakan selama tujuh hari.
Sekaten berasal dari kata syahadatain, yang berarti dua kalimat syahadat.
Secara simbolik, dua kalimat syahadat tersebut direpresentasikan dalam dua perangkat gamelan Sekaten, yaitu Kanjeng Kyai Guntur Sari dan Kanjeng Kyai Guntur Madu yang ditabuh secara bergantian. Gamelan ini dibunyikan selama tujuh hari.
Baca juga: Sejarah Gamelan Bali, Cara Memainkan, Fungsi, dan Suara yang Dihasilkan
Dua pengakat tersebut ditempatkan di tempat yag berbeda, yaitu di Bangsal Pradangga Kidul dan Bangsal Pradangga Lor yang keduanya terletak di halaman Masjid Agung di kawasan Keraton Surakarta.
Anatomi gendhing sekaten secara lengkap terdiri dari racikan, umpak, gendhing (lagu pokok), dan suwukan.
Racikan merupakan komposisi musikal yang merupakan pengenalan dalam setiap gendhing Sekaten.
Umpak adalah potongan melodi yang digunakan sebagai jembatan dari racikan menuju lagu pokok.
Sedangkan, suwukan merupakan melodi pendek yang khusus dibunyikan saat gendhing akan berhenti.
Racikan ini diekspresikan pengrawit (musisi) menggunakan instrumen bonang dengan serangkaian melodi. Sementara, instrument lain memberikan keserempakan bunyi dengan nada yang sama.
Baca juga: Sejarah, Fungsi, dan Jumlah Alat Gamelan Jawa
Penyajian gending yang berpasangan merupakan penerapan konsep budaya Jawa, yaitu keseimbangan hidup.
Dalam budaya Jawa, keseimbagan penting karena erat kaitannya dengan citra nilai-nilai estika dan estetika budaya.
Gamelan Sekaten tidak terlepas peranan kerajaan-kerajaan Islam pada saat para wali di Jawa menyebarkan ajaran agama Islam.
Pasalnya saat Islam masuk ke Jawa, masyarakat setempat telah memeluk agama Hindu dan Buddha yang menyertakan gamelan sebagai kesenian atau upacara ritual.
Baca juga: Pengabdian Lewat Gamelan Sekaten
Dengan kondisi masyaraka tersebut, Sunan Kalijaga mengusulkan menggunakan gamelan sebagai daya tarik penyebaran agama Islam.
Gamelan Sekaten sebagai penyebaran Islam telah dilakukan oleh para walisanga sejak Kesultanan Demak.
Sumber: jurnal.isi-ska.ac.id dan http://dpad.jogjaprov.go.id/
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.