Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Maria Walanda Maramis, Pahlawan Nasional Perempuan Kebanggaan Masyarakat Minahasa

Kompas.com - 01/03/2022, 14:30 WIB
William Ciputra

Editor

KOMPAS.com - Maria Walanda Maramis merupakan pahlawan nasional perempuan kebanggaan masyarakat Minahasa.

Perjalanan hidup Maria diwarnai dengan perjuangan untuk meningkatkan taraf hidup wanita di Indonesia.

Jasa Maria itu masih dikenang hingga saat ini, yaitu tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Maria Maramis oleh masyarakat Minahasa.

Profil Maria Walanda Maramis

Nama asli Maria adalah Maria Josephine Chaterine Maramis.

Maria lahir di Kema, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada 1 Desember 1872.

Dia merupakan putri bungsu pasangan Bernadus Maramis dan Sarah Rotinsulu, yang total memiliki tiga anak.

Bernadus ayah Maria adalah seorang pedagang yang yang berdagang di pesisir pantai saat pelabuhan sedang ramai.

Saat itu, wilayah Minahasa masuk dalam Karesidenan Manado yang oleh orang Belanda disebut Buitengewesten.

Menginjak usia 6 tahun, wabah kolera menyerang Kema yang memakan banyak korban, termasuk orang tua Maria.

Setelah itu, Maria Walanda Maramis diasuh oleh paman dari ibunya bernama Mayor Ezau Rotinsulu.

Maria dan kakak perempuannya disekolahkan di Sekolah Desa biasa.

Sementara kakak Maria yang laki-laki bernama Andries disekolahkan oleh pamannya di sekolah raja di Tondano.

Pada saat itu, akses pendidikan bagi perempuan sangat minim. Meski ada sekolah perempuan, namun hanya untuk anak-anak bangsawan saja.

Lulus dari sekolah desa, Maria meminta kepada pamannya untuk dapat melanjutkan ke Maisjesschool.

Maisjesschool ini merupakan sekolah perempuan anak-anak pejabat dan dan bangsawan.

Kala itu, sepupu Maria yang merupakan putri-putri pamannya bisa sekolah di sekolah tersebut.

Namun berbeda dengan Maria yang tidak bisa mendapatkan akses ke pendidikan yang lebih tinggi.

Mendirikan PIKAT

Monumen Maria Walanda Maramis di Minahasa Utara.kawanuabakudapa.net Monumen Maria Walanda Maramis di Minahasa Utara.
Tidak dapat melanjutkan studi bukan berarti semangat belajar Maria luntur.

Paman Maria yang merupakan pejabat pribumi cukup sering kedatangan tamu.

Hal itu dimanfaatkan Maria untuk belajar mengurus rumah tangga, termasuk menjamu tamu dari bibinya.

Hingga pada usia 17 tahun, Maria dikenal sebagai gadis yang cakap dan penuh dengan sopan santun.

Sejumlah pria datang dengan maksud untuk menikahi Maria, namun ditolak.

Hingga kemudian Maria bertemu dengan seorang laki-laki bernama Jozep Frederik Calusung Walanda yang kelak menjadi suaminya.

Setelah menikah, Maria dan suaminya kemudian pindah ke Manado.

Di sana, Maria aktif menulis opini di surat kabar setempat bernama Tjahaja Siang.

Dalam tulisan-tulisannya, Maria Walanda Maramis banyak menyoroti tenang peran ibu dan wanita dalam kehidupan.

Maria juga menggarisbawahi pentingnya sosok ibu dalam pendidikan anak.

Maria kian hari semakin dikenal. Hingga pada 8 Juli 1917, Maria dan beberapa rekannya mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya atau PIKAT.

PIKAT memiliki beberapa misi khusus, yaitu mendorong perempuan Minahasa untuk saling bergaul dan mengenal.

Lalu menyiapkan masa depan pemuda Minahasa serta membiasakan perempuan untuk mengutarakan pikiran secara bebas.

Berdirinya PIKAT sangat disambut oleh masyarakat Minahasa pada saat itu.

PIKAT lantas menjadi organisasi yang memiliki beberapa cabang, seperti di Minahasa, Maumbi, Tondano, hingga Motoing.

Cabang PIKAT juga berdiri di luar wilayah Minahasa, seperti di Poso, Gorontalo, Ujung Pandang, bahkan hingga pulau Jawa.

PIKAT berhasil mendirikan sekolah perempuan pada tahun 1918. Sekolah ini bahkan pernah dikunjungi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Hak Pilih Perempuan

Selain berjuang melalui PIKAT, Maria Walanda Maramis juga berjuang melalui politik.

Pada tahun 1919, Belanda membentuk Badan Perwakilan Daerah untuk Minahasa.

Anggota badan ini dipilih berdasarkan suara terbanyak, dan hanya untuk kaum pria saja.

Rencana tersebut tentu saja ditentang oleh Maria Walanda Maramis.

Maria lantas memperjuangkan agar kaum wanita turut mendapatkan hak pilih yang sama seperti pria.

Untuk memperjuangkan hal ini, Maria bahkan sampai ke Batavia.

Perjuangan Maria tidak sia-sia. Pada tahun 1921, Belanda akhirnya mengizinkan perempuan turut berpartisipasi pada pemilihan anggota badan tersebut.

Maria Walanda Maramis meninggal dunia pada 22 April 1924, setelah kesehatannya mengalami penurunan.

Untuk mengenang jasanya, pemerintah menetapkan Maria Walanda Maramis sebagai pahlawan nasional pada 20 Mei 1969.

Sumber:
Kompas.com
UINBanten.ac.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harimau Terekam Berkeliaran Dalam Halaman Masjid di Solok Sumbar

Harimau Terekam Berkeliaran Dalam Halaman Masjid di Solok Sumbar

Regional
Kasus Dugaan Pungli Rekrutmen Karyawan Satpol PP Ditangani Polres Kebumen

Kasus Dugaan Pungli Rekrutmen Karyawan Satpol PP Ditangani Polres Kebumen

Regional
Jalan ke Negeri di Atas Awan Lebak Banten Amblas, Perbaikan Ditarget 2 Pekan

Jalan ke Negeri di Atas Awan Lebak Banten Amblas, Perbaikan Ditarget 2 Pekan

Regional
22 WNI yang Palsukan Visa Haji Akan Dideportasi dari Arab Saudi, Wapres Buka Suara

22 WNI yang Palsukan Visa Haji Akan Dideportasi dari Arab Saudi, Wapres Buka Suara

Regional
Dana Penanggulangan Covid-19 Rp 3,9 Miliar di Sumbar Diduga Dikorupsi

Dana Penanggulangan Covid-19 Rp 3,9 Miliar di Sumbar Diduga Dikorupsi

Regional
Tiga Hari Hilang di Sungai Bolango, Nenek Ini Ditemukan Tewas di Pantai Biluhu

Tiga Hari Hilang di Sungai Bolango, Nenek Ini Ditemukan Tewas di Pantai Biluhu

Regional
KKB Tembak Tukang Ojek di Puncak Jaya, Korban Tewas dengan Luka di Kepala

KKB Tembak Tukang Ojek di Puncak Jaya, Korban Tewas dengan Luka di Kepala

Regional
Terdampak Proyek Penguatan Jembatan Tol Ungaran-Semarang, 27 Rumah Rusak

Terdampak Proyek Penguatan Jembatan Tol Ungaran-Semarang, 27 Rumah Rusak

Regional
Diserang Siswa SMP Pakai Sajam, Satpam Sekolah di Bantul Terluka di Kepala

Diserang Siswa SMP Pakai Sajam, Satpam Sekolah di Bantul Terluka di Kepala

Regional
Wapres Harap Layanan 'Fast Track' dan Kuota Jemaah Haji Indonesia Ditambah Lagi

Wapres Harap Layanan "Fast Track" dan Kuota Jemaah Haji Indonesia Ditambah Lagi

Regional
Turis Asing Pose Pamer Pantat di Gunung Bromo Dikenai Sanksi Adat Tengger

Turis Asing Pose Pamer Pantat di Gunung Bromo Dikenai Sanksi Adat Tengger

Regional
Jokowi Resmikan Jalan Tol Bangkinang-XIII Koto Kampar

Jokowi Resmikan Jalan Tol Bangkinang-XIII Koto Kampar

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 31 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Berawan

Regional
Dilimpahkan ke Jaksa, WN Rusia Pembobol ATM di Palembang Segera Disidang

Dilimpahkan ke Jaksa, WN Rusia Pembobol ATM di Palembang Segera Disidang

Regional
Seekor Harimau Terekam Kamera CCTV Masjid di Lubuk Selasih, Solok

Seekor Harimau Terekam Kamera CCTV Masjid di Lubuk Selasih, Solok

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com