LUMAJANG, KOMPAS.com - Jalur alternatif Curah Kobokan di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang yang sempat diterjang banjir lahar hujan Gunung Semeru kembali dipadati antrean warga dan kendaraan, Senin (28/2/2022) siang.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, antrean warga dan kendaraan ini terjadi di sisi utara dan selatan Sungai Besuk Kobokan dan Besuk Lengkong.
Misriati, salah satu warga yang terjebak dalam antrean mengaku hampir 3 jam menunggu jalur dibuka setelah dilalui lahar.
"Lumayan nunggu lama hampir 3 jam ini belum bisa menyeberang , gantian lewatnya," ujar Misriati yang menunggu di sisi utara Sungai Besuk Lengkong, Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo, Senin (28/2/2022).
Baca juga: 2 Truk Terlibat Kecelakaan di Kedungjajang Lumajang, Tak Ada Korban Jiwa
Sejak Senin pukul 12.00 WIB, kedua jalur telah di tutup total dengan cara dipasang palang besi. Warga dan pengendara dilarang melintas akibat hujan dan aliran lahar cukup tinggi.
Namun, sekitar pukul 15.00 WIB, jalur kembali dibuka dengan sistem buka tutup.
"Tadi, jalur terpaksa ditutup total dari dua arah, soalnya banjir sedang terjadi dan berbahaya kalau nekat melintas, namun sekarang bisa dilalui tapi bergantian" kata Azis, salah satu relawan Semeru.
Dengan dibukanya jalur ini, praktis antrean panjang warga dan kendaraan yang hendak melintas tak terhindarkan.
Untuk menghindari warga yang terjatuh, sejumlah relawan nampak ikut membantu warga dan pengendara motor yang melintas. Mengingat, arus sungai masih deras.
"Alhamdulillah, akhirnya bisa menyebrang setelah lebih 3 jam nunggu di selatan. Tadi pagi saya berangkat ke Malang melalui jalur ini dengan lancar. Enggak tahunya sekarang banjir dan harus nunggu surut," ujar Friksi, warga Pasuruan.
Baca juga: Hujan Abu Guyur Pemukiman Warga di Lereng Semeru
Di antara warga yang melintas juga banyak terdapat ibu-ibu rumah tangga sambil menggendong anaknya, yang akhirnya bisa bernapas lega setelah bisa melintas dengan selamat.
Tak hanya pengendara motor, ratusan kendaraan roda 4 juga ikut mengantri yang didominasi kendaraan bak terbuka bermuatan buah salak dan hasil bumi lainya.
Bagi Fauzi, warga Pronojiwo salah satu pengemudi pick up mengaku lebih memilih jalur Curah Kobokan daripada harus lewat jalur Ranu Pani maupun Pasuruan untuk mengirim salak.
"Apapun yang terjadi, saya lebih memilih jalur Curah Kobokan daripada jalur lain. Sebab jalur ini lebih cepat dan hemat biaya BBM, kalau banjir ya nunggu surut," jelas Fauzi.
Jalur alternatif Curah Kobokan ini, merupakan jalur tercepat yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Malang di lintas selatan setelah Jembatan Gladak Perak putus total akibat diterjang awan panas Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 silam.
Meskipun masuk dalam kawasan zona merah, pemerintah tetap memberikan kelonggaran warga dan pengguna jalan untuk bisa melintasi jalur ini dengan catatan, kondisi di lokasi cerah dan sedang tidak terjadi hujan, apalagi banjir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.