Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Ada Patung Merlion dan Tetap Ada Pecel di Madiun

Kompas.com - 10/10/2021, 19:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MODERNISASI pada akhirnya memang suatu permainan kekuatan. Ada yang tergusur, ada yang menggusur - Goenawan Mohamad

Kemajuan teknologi yang mengedepankan kecepatan, sejatinya “memaksa” setiap penggunanya untuk berpacu dengan segala hal yang baru. Setiap ada pembaharuan, menyusul pembaharuan berikutnya. Seperti tidak ada habisnya.

Kemajuan teknologi dengan modernisasi bagiakan dua hal yang saling berkelindan. Derasnya modernisasi di berbagai bidang termasuk dalam kehidupan warga di sebuah daerah, memang tidak ada yang bisa menahannya. Bagaikan udara, modernisasi dengan segala ragamnya menyeruak ke berbagai lapis kehidupan.

Baca juga: Madiun Bangun Replika Merlion, Big Ben dan Kabah untuk Memicu Ekonomi

Modernisasi tidak saja mengganti yang usang dengan yang baru, tetapi juga mengubah pola lama yang selama ini dianut dan diyakini kebenarannya. Padahal, nilai-nilai lama yang tetap relevan dengan kehidupan seharusnya diruwat dan dirawat sehingga modernisasi tidak menghilangkan esensinya sama sekali.

Bagi saya, Kota Madiun tidak sekedar wilayah yang kerap disinggahi karena sebatas ada pekerjaan semata. Madiun adalah kota kelahiran mendiang ayah saya di tahun 1933 serta kakek nenek yang menghabiskan waktunya di kota penghasil penganan brem ini.

Baca juga: Ramai soal Patung Merlion di Madiun, Ini Penjelasannya...

Melihat Madiun sekarang ini, tentu berbeda dengan melihat Madiun di tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an bahkan di era 2000-an. Saya sengaja memberi pembabakan waktu peninjauan untuk memisahkan jejak kepemimpinan lokal. Setiap era kepemimpinan, pasti memiliki andil untuk mengubah wajah kota.

Madiun sekarang ini begitu berubah cepat. Padahal, Madiun memiliki sejarah yang panjang. Kolonial penjajah baru masuk ke Madiun yang bekas perdikan Kerajaan Mataram itu pasca-Perang Pangeran Diponegoro (1825–1830).

Status tanah perdikan berarti bebas mengurus rumah tangganya sendiri. Cikal bakal Madiun adalah perdikan Taman dan Kuncen.

Jauh sebelumnya, pada masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit di wilayah Madiun Selatan terdapat Kerajaan Gagelang yang didirikan oleh Adipati Gugur Putra Brawijaya.

Adalah senopati perang Pangeran Diponegoro yang bernama Ali Basah Sentot Prawirodirdjo berasal dari Madiun. Dia membuat Belanda paham dan mengetahui potensi-potensi yang ada di Madiun.

Selama Perang Diponegoro, Belanda begitu keteteran dan nyaris menderita kekalahan. Sentot Prawirodirdjo mempelajari ilmu taktik dan strategi militer di Turki sehingga mendapat gelar Ali Basah.

Secara resmi Belanda menguasai Madiun pada tanggal 1 Januari 1832 dan awal dibentuknya tatanan pemerintahan yang berstatus karesidenan (Madiunkota.go.id).

Antara pangkalan militer dan industri kereta api

Hanya berjarak 10 kilometer dari Madiun, tepatnya di Maospati, berlokasi Lapangan Udara TNI AU Iswahyudi. Ini menjadi lapangan udara milik TNI AU yang terbesar karena menjadi pangkalan dari beberapa skuadron pesawat tempur seperti skuadron 3, skuadron 14, skuadron 15, wing udara 3 serta skuadron teknik.

Walaupun wilayah Maospati masuk Kabupaten Magetan, tetapi lekat dalam ingatan khalayak kalau Maospati adalah Madiun.

Saat hubungan Indonesia dengan Uni Soviet masih mesra jelang Perebutan Irian Barat pada masa 1960-an, warga Madiun sudah terbiasa melihat lalu lalang instruktur Angkatan Udara Uni Soviet di sekitar Madiun.

Maospati pernah menjadi “sarang” pesawat pembom strategis Tupolev yang “ditakuti” di eranya serta pesawat tempur berjenis Mig.

Madiun kini semakin dikenal mancanegara karena menjadi produsen kereta api terintegrasi pertama di Asia Tenggara. Didirikan pada tanggal 18 Mei 1981, PT Industri Kereta Api (Inka) telah memproduksi lokomotif, kereta penumpang, kereta berpenggerak, gerbong barang, kereta khusus dan aneka produk pengembangan.

Produk Inka Madiun kini digunakan di beberapa negara seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura dan Australia. Produk kereta api Inka Madiun sangat diminati negara luar karena harganya di bawah kereta buatan China dengan kualitas yang jauh lebih bagus.

Dengan proses lelang terbuka, Inka Madiun telah menggarap 250 unit kereta untuk Bangladesh, enam train set, tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang pesanan Filipina (Sindonews.com, 18 November 2020).

Salah satu institusi pendidikan yang tenaga lulusannya terserap dan tengah dicari ada di Madiun. Akademi Perkeretaapian Indonesia (API) yang menyelenggarakan pendidikan program dipoloma teknik bangunan dan jembatan perkeretaapian, teknik elektro perkeretaapian, teknik mekanika perkeretaapian dan manajemen transportasi perkeretaapian.

Banyak mahasiswa API yang belum selesai pendidikan, sudah dipesan untuk memenuhi kebutuhan operasional mass rapid transit di Jakarta dan bandara-bandara yang sudah mengoperasikan kereta khusus bandara.

Setiap angkatan di API hanya menerima 120 mahasiswa dan setelah menyelesaikan pendidikan dapat diangkat sebagai calon aparatur sipil negara dengan biaya akademik ditanggung negara (Biayakuliah.net).

Madiun dengan segala potensinya, terutama dengan segala komparasinya yang dimilikinya sebetulnya bisa menjadi salah satu alternatif kota pendidikan di Jawa Timur selain Malang, Surabaya, Jember dan Banyuwangi. Di Madiun sudah berdiri Politeknik Negeri Madiun, Universitas PGRI Madiun (Unipma), Universitas Merdeka Madiun, serta Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.

Sudah lama lekat image Madiun sebagai kota pensiunan padahal dengan transformasi yang telah dialaminya Madiun layak menempatkan dirinya sebagai kota produsen kereta api kelas dunia.

Inka Madiun tercatat menyumbang 4 persen dari total 28.500 unit kereta penumpang yang diproduksi di seluruh dunia di kurun 2013-12017. Inka Madiun masih kalah dengan CJSC Transmashholding (Rusia), Integral Coach Factory atau ICF (India), Rail Coach Factory atau RFC (India) serta CRRC (China). Inka Madiun mengungguli Talgo (Spanyol), Modern Coach Factory atau MFC (India), AnsaldoBreda (Italia), Bombardier (Kanada) dan Siemens dari Jerman (Goodnewsfromindonesia.id, 8 Desember 2018).

Harus menjadi pemikiran bersama terutama pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan kolaborasi dengan pemerintahan kota dan kabupaten Madiun untuk menata segmen pendidikan yang semuanya mendukung kehadiran industri kereta api Inka Madiun.

Zonasi jenis pendidikan di masa yang akan datang harus bisa kita mulai dari Madiun. Membuka perkuliahan fakultas hukum di Madiun, misalnya, harusnya dikesampingkan mengingat serapan dunia kerja di Madiun untuk lulusan fakultas hukum memang sangat kecil.

Saya pernah mengisi perkuliahan umum di Universitas Merdeka Madiun sebelum pandemi. Dari ratusan mahasiswa yang mengikuti, saya melihat ada talenta-talenta yang bisa bersaing di level nasional asal mereka mendapat kesempatan.

Kepala Staf Angkatan Laut sekarang ini Laksamana TNI Yudo Margono lahir dan besar di Madiun sebelum diterima di Akademi Angkatan Laut 1988. Andai terpilih sebagai Panglima TNI, Yudo akan menjadi Panglima TNI pertama dari Madiun.

Presiden ke-5 Indonesia Megawati Soekarnoputeri sempat bermukim di Pangkalan Udara Maospati selama 3 tahun saat bersuamikan penerbang TNI AU Surendro.

Salah kaprah pendirian ikon dunia

Jangan terhenyak jika di Taman Sumber Umis, Kota Madiun, kini berdiri tugu Merlion Singapura dan Kabah seperti di Mekah, Arab Saudi. Bahkan pembangunan ikon-ikon dunia akan terus berlanjut dengan pembangunan Menara Eiffel seperti di Paris, Perancis, serta tujuh simbol negara luar lainnya.

Sebagai orang yang mempunyai keterkaitan dengan akar sejarah di Kota Madiun, tentu menurut saya pribadi pembangunan-pembangunan ikon negara-negara asing sangat tidak relevan.

Pembangunan bangunan mirip Kabah bisa dipahami untuk kepentingan manasik haji atau umrah, tetapi untuk yang lain seperti Merlion atau Eiffel tentu sama saja dengan membanggakan ciri khas negara luar.

Apa memang tidak ada lagi kreasi yang bisa dibangun di Madiun ketimbang menjadi follower negara lain?

Sahabat saya yang pertama kali bertandang ke Madiun begitu kecewa karena tidak menemukan artefak kebanggaan Madiun yang dijadikan tugu seperti "Merlion made in Madiun".

Ada sahabat juga dari luar negeri yang merasa aneh dengan pola pikir Pemerintah Kota Madiun mengapa lebih membanggakan simbol dari luar padahal khazanah budaya dari Indonesia begitu beragam dan spektakuler.

Memang ada tugu Pendekar yang merupakan ciri khas Kota Madiun di beberapa lokasi namun wujudnya tidak seheboh tugu Merlion.

Keberatan dan protes soal pembangunan Merlion ini sempat ramai diunggah masyarakat dan kata “Madiun” menjadi trending di media sosial twitter di awal tahun ini. Sebaliknya warga yang mendukung merasa bangga karena jika ingin lihat Merlion tidak perlu ke Singapura lagi (Kompas.com, 01/01/2021).

Justru rasa penasaran saya ada pada bangunan-bangunan lama yang menjadi awal mula berkembangnya pabrik gula di Tanah Jawa. Madiun memiliki Pabrik Gula Rejo Agung yang didirikan tahun 1894 oleh NV Handel My Kian Gwan dan hingga sekarang masih berproduksi dan dibawah kendali PT PG Rajawali. Tanaman tebu dari wilayah sekitar Madiun seperti Ponorogo, Ngawi, Magetan dan Nganjuk di proses di Rejo Agung.

Selain Rejo Agung, di Kota Madiun juga ada pabrik gula Kanigoro yang didirikan Cultuur Handel & Industri Bank NV pada 1894. Hingga era 1970 sampai 1980, Kanigoro mashyur dengan gula dengan rendeman tertinggi tingkat nasional. Sayangnya, 2017 pabrik ini ditutup dengan menyisahkan bangunan-bangunan lama peninggalan Belanda yang eksotik.

Selain itu, di wilayah Kabupaten Madiun juga berdiri pabrik gula Pagotan yang dibangun awal di 1884 oleh NV Cooy Coostern Van Voorh. Pada saat penjajahan Jepang, fungsi pabrik ini diubah menjadi pabrik semen dan memiliki stasiun kereta api Pagotan yang ditutup tahun 1984.

Artefak pabrik gula jadikan ruang kreatif anak muda

Jika Pemerintah Kota Madiun ingin menonjolkan ciri khas kota serta menautkan dengan kilas sejarahnya, tentu bukan perkara sulit. Keberadaan eks lokasi pabrik gula bisa dijadikan ruang kreatif untuk anak muda membuka usaha rintisan.

Saya membayangkan jika nanti dari keberadaan ruang kreatif di Madiun bisa menghasilkan 50 usahawan milenial setiap tahunnya, tentu cara ini akan membantu pihak pemerintah kota dalam membuka lapangan kerja.

Pengelolaan eks Pabrik Gula Banjaratma yang dijadikan rest area atau tempat istirahat dan pelayanan di kilometer 260B ruas tol Pejagan–Pemalang dan masuk wilayah Kabupaten Brebes harus dijadikan tolak ukur Pemerintah Kota Madiun.

Rest area ini dulunya adalah bekas pabrik gula yang dibesut NC Cultuurmaatschappij pada tahun 1908. Dengan luas sekitar 10,6 hektar, rest area Banjaratma masih mempertahankan susunan batu bata tempat pemrosesan gula, mesin penggilingan tebu serta lokomotif untuk mempertahankan keaslian wujud bekas pabril gula.

Banjaratma juga dilengkapi fasilitas ibadah dengan aristektur unik yang kebersihannya terjaga, gerai makan minum yang menjajakan produk khas Brebes serta taman yang luas. Sebagai rest area yang komplit, keberadaan stasiun pengisian bahan bakar juga tersedia. Banjaratma menampilkan lokasi foto yang instagramable nan epik.

Mengembangkan lokasi eks pabrik gula di Madiun memang tidak semata domain pemerintah kota saja tetapi butuh kolaborasi dengan BUMN dan pemerintah pusat. Dengan luasan dan fasilitas yang dimiliki eks pabrik gula di Madiun, jauh lebih potensial untuk menjadikannya sebagai landmark Kota Madiun.

Suatu saat, saya akan bertandang untuk menghadiri Festival Gula dan Kopi Madiun atau Pesta Kuliner Pecel dan Brem yang diadakan di bekas lokasi pabrik gula Kanigoro serta melihat pertunjukan konser musik “Mendung Tanpo Udhan” dari pemusik lokal Ngawi yang kian terkenal Denny Caknan di tempat ini.

Dengan catatan, andai Pemerintah Kota Madiun lebih memahami arti kearifan lokal.

Sudah ada lama di depan mata namun terabaikan dengan silau kemewahan simbol-simbol negara luar. Sungguh miris....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com