SURABAYA, KOMPAS.com - Limbah spanduk, baliho, dan banner sering ditemukan bertebaran di perguruan tinggi, salah satunya di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Spanduk, banner, maupun baliho, kerap menjadi medium utama dalam menyalurkan pesan pada khalayak.
Tak hanya di kampus-kampus, di jalan-jalan protokol, spanduk hingga baliho juga kerap ditemukan, terutama saat memasuki momentum politik.
Di setiap sisi dan sudut jalan banyak didapati beragam ukuran spanduk, mulai ukuran kecil hingga raksasa.
Tak ingin hal itu mencemari lingkungan dan merusak pemandangan, lima mahasiswa Unesa mencoba memanfaatkan limbah spanduk itu untuk diolah hingga menjadi barang bernilai.
Baca juga: Langgar Lalu Lintas di Malang, Siap-siap Wajah Terpampang di Videotron
Dimanfaatkan sebagai tas
Kelima mahasiswa Unesa itu adalah Ida Dwika Darmawan dari S-1 Kependidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Frita Sinatra dari S-1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Moh. Turi dari S-1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Muhammad Agus dari S-1 Manajemen, dan Bilqissima Az-Zahra dari S-1 Pendidikan Tata Busana.
Mereka pun menelurkan ide daur ulang dengan membuat sampah spanduk menjadi beragam tas yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Tas produksi berbahan dasar spanduk itu diberi nama Tiktokers Bag.
Ide mereka itu diusulkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Skema Kewirausahaan 2021 dan berhasil lolos serta mendapat pendanaan dari pemerintah pusat.
Ida Dwika Darmawan mengatakan, limbah spanduk itu disulap menjadi tas dengan beragam motif unik yang bisa digunakan untuk segala keperluan.
"Ada yang jadi tas handphone, cover hand sanitizer, tote bag, sling bag, cover tempat tisu, cover notebook, laptop, dan cover barang-barang lainnya," ucap Ida di Surabaya, belum lama ini.
Baca juga: Pemkot Surabaya Klaim Angka Kematian Covid-19 Mulai Terkendali, Ini Penjelasan Kadinkes
Namun, perlu ide dan kreativitas agar barang-barang yang sebelumnya tidak berharga memiliki nilai jual.
"Spanduk itu bisa diolah jadi apa saja, sesuai kebutuhan mau dibuat apa, sementara ini kita olah jadi tas atau yang kita namai sebagai Tiktokers Bag," tutur Ida.
Ketua tim PKK ini menjelaskan, pada awalnya, ia bersama empat mahasiswa lain hanya memanfaatkan limbah spanduk itu untuk dijadikan cover hand sanitizer, tempat masker dan barang-barang yang sering digunakan saat pandemi Covid-19.
Tujuannya, untuk memberikan kesan berbeda dan enak dipandang.
Harapannya, siapa pun yang menggunakan barang yang ia buat semakin percaya diri dan tidak bosan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan selama pandemi ini.
"Selain memanfaatkan spanduk, niat kami membuat barang dari bahan daur ulang ini tujuannya ingin membuat agar kita, siapa pun yang pakai produk ini, tidak jenuh dalam menerapkan prokes," ucap Ida.
Baca juga: Terima Bantuan dari Sejumlah Perusahaan, Wali Kota Surabaya: Akan Kami Salurkan ke Warga
Sementara itu, Bilqissima Az Zahra menyampaikan, di balik inovasi produk yang dibuat dari bahan daur ulang limbah spanduk, terselip pesan untuk masyarakat agar sadar, mencintai, dan ikut melestarikan lingkungan.
Menurut dia, sadar tentang kebersihan dan keindahan lingkungan tidak hanya berhenti sampai pada tindakan membuang sampah di tempatnya.
Namun juga bagaimana masyarakat memanfaatkan limbah atau sampah yang ada menjadi barang-barang yang bermanfaat dan berdaya jual tinggi.
"Harapan kami, pertama kita tidak jenuh dalam prokes, kedua kita lebih sadar lingkungan dan ketiga kita bisa kreatif memanfaatkan sampah yang ada jadi sesuatu yang unik dan menarik, tapi juga bermanfaat," ucap Bilqis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.