NGANJUK, KOMPAS.com – Puluhan orang berjejer duduk bersila di bawah tenda berwarna orange persis di barat Candi Lor, Desa Candirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Minggu (15/8/2021) siang.
Kalangan pria sebagian mengenakan batik dan baju peranakan, dengan blangkon atau udeng di kapala.
Sementara kaum hawa memakai kebaya. Mereka tampak khusyuk memanjatkan doa menghadap ke candi.
Mereka berasal dari berbagai kalangan, ada yang muslim, Hindu, Budha, dan pemeluk agama lainnya.
Kalangan lintas itu tengah melangsungkan ruwatan dalam kegiatan bertema ‘Ngruwat Bumi Anjuk Ladang Menuju Nusantara Jaya’. Ruwatan tersebut digagas Yayasan Keraton Mpu Sindok Jayastambha.
“Jadi kenapa hari ini kok ada acara ruwatan di candi? Ini berangkat dari kondisi keadaan bangsa kita yang sekarang sedang mengalami musibah nasional, yaitu adanya Corona,” ujar Pembina Yayasan Keraton Mpu Sindok Jayastambha, Moh Sayyidil Mursalin, usai prosesi ruwatan.
Prosesi ruwatan dan doa bersama
Gus Lin, demikian laki-laki tersebut akrab disapa menuturkan, prosesi ruwatan dan doa bersama lintas iman di Candi Lor sudah berlangsung sejak Sabtu (14/8/2021) malam.
Di mana kalangan kejawen melangsungkan jumenengan di beberapa tempat.
Selanjutnya, prosesi dilanjutkan dengan khotmil quran bersama kiai dan beberapa santri di Candi Lor, Minggu (15/8/2021) pagi.
Prosesi ditutup dengan ruwetan dengan menggunakan tata cara agama Hindu di siang harinya.
“Ruwatan itu maksudnya satu membersihkan dari yang gaib, dari gaib-gaib negatif. Kemudian yang kedua menempatkan roh-roh pada tempatnya. Karena sebenarnya yang zahir ini terjadi karena yang batin,” tutur Gus Lin.
Baca juga: Jejak dr Soetomo di Desa Ngepeh Nganjuk