BLITAR, KOMPAS.com - Warga Desa Kesamben, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, berinisial S meninggal dalam perjalanan mencari pertolongan medis setelah ditolak tiga rumah sakit.
Pria berusia 38 tahun itu, meninggal pada Selasa (3/8/2021) dini hari di dalam mobil dalam perjalanan dari Kabupaten Malang kembali ke wilayah Kabupaten Blitar, setelah mendapatkan penolakan dari rumah sakit ketiga di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Camat Kesamben, Setiyono, membenarkan peristiwa tragis yang dialami warga Kesamben tersebut.
"Tapi ya bagaimana ya, kenyataannya situasi saat ini banyak orang sakit, dan di mana-mana rumah sakit penuh," ujar Setiyono, saat dikonfirmasi Kompas.com melalaui telepon, Kamis (5/8/2021).
Baca juga: Pontang-panting Cari Rumah Sakit, Nurul Lita Dianasari dan Bayinya Meninggal
Berdasarkan informasi yang dia himpun, pihak keluarga bermaksud membawa S ke rumah sakit untuk berobat karena demam dan batuk yang dialami selama tiga hari tidak kunjung sembuh.
Pada Senin malam, ujar Setiyono, pihak keluarga membawa S menggunakan mobil menuju rumah sakit terdekat di Kecamatan Wlingi yang berjarak sekitar 10 kilometer ke arah barat, yaitu RSUD Ngudi Waluyo.
"Kata keluarga, mereka ditolak di Ngudi Waluyo karena penuh," ujar Setiyono.
Saat itu juga, lanjut Setiyono, pihak keluarga bergeser menuju ke Kota Blitar dengan tujuan membawa S ke sebuah RSUD di arah barat dengan jarak sekitar 20 kilometer.
Namun, lagi-lagi, kata dia, S mendapatkan penolakan dari RSUD tersebut dengan alasan penuh.
Ditolak di RSUD itu, pihak keluarga memutuskan untuk melanjutkan upaya mendapatkan pengobatan ke sebuah rumah sakit di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Jarak antara RSUD itu di Kota Blitar dengan rumah sakit yang ada di Kabupaten Malang sekitar 60 kilometer.
Ketika akhirnya S dan keluarganya tiba di RS tersebut pada Selasa dini hari, kata Setiyono, mereka kembali mendapatkan penolakan karena rumah sakit penuh.
Dalam keputusasaan, keluarga S kembali ke arah Kabupaten Blitar dengan ketidakpastian langkah antara mencari lagi rumah sakit atau pulang ke rumah.
"Tapi S meninggal ketika mobil yang membawanya sudah memasuki wilayah Blitar, sudah dekat rumahnya," kata Setiyono.
Pihak RSUD Ngudi Waluyo yang merupakan rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Kabupaten Blitar mengonfirmasi adanya pasien S yang belum bisa mendapatkan pelayanan karena kondisi sedang penuh.
Humas RSUD Ngudi Waluyo, Mustiko, mengatakan, berdasarkan catatan yang ada di instalasi gawat darurat (IGD) S mendaftar pada Senin pukul 23.00 WIB.
"Kami tidak menolak sebenarnya, hanya menyatakan 'waiting list' saat itu sudah 20 calon pasien. Jadi harus menunggu," ujar Mustiko, kepada Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
Menurut Mustiko, saat itu ruang IGD maupun ruang perawatan isolasi juga penuh.
Berdasarkan pemeriksaan dan gejala yang dialami, lanjut Mustiko, S menunjukkan gejala terinfeksi Covid-19.
Baca juga: Gubernur NTT Laporkan Pegiat Organisasi Antikorupsi ke Polisi
Ketika datang, kata dia, saturasi oksigen S sudah rendah yaitu di angka 78 persen.
Mustiko membantah pihaknya meminta pasien S menunggu karena tidak tersedia oksigen. Namun, karena ruang perawatan sudah penuh.
Ketika akhirnya ada ruang yang bisa digunakan yaitu pada Selasa pukul 03.00 WIB, lanjut dia, pihak IGD RSUD Ngudi Waluyo berusaha menghubungi nomor telepon yang ditinggalkan oleh keluarga S.
"Kami telepon sebanyak 3 kali untuk memberitahukan bahwa calon pasien sudah bisa masuk, tapi tidak ada respons," kata Mustiko.
Jenazah S akhirnya diurus oleh keluarga dan dengan mobil jenazah dari Kecamatan Kesamben, almarhum dibawa ke pemakaman desa pada Selasa siang.
Mertua perempuan S, berinisial U mengatakan kepada wartawan bahwa jenazah S sudah dites antigen dengan hasil negatif.
"Sudah dites dan hasilnya negatif," ujar U kepada wartawan di lokasi pemakaman, Selasa siang.
Baca juga: Terdampak PPKM, Pemkot Malang Bebaskan Retribusi Pedagang Pasar
Camat Kesamben, Setiyono, mengatakan, masalah lambatnya pemulasaraan jenazah S memang terjadi, namun hanya disebabkan oleh kesalahpahaman.
Menurutnya, tim relawan pemulasaraan jenazah di Desa Kesamben saat itu sedang kelelahan akibat tingginya kasus kematian selama beberapa pekan terakhir.
"Semuanya berlangsung lancar akhirnya. Jenazah akhirnya dimakamkan oleh perangkat desa dengan prosedur pemakaman pasien Covid-19," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.