Momoh mengisahkan, ketika Iwa akan berangkat bertugas, ia selalu minta izin dan restu kepada orangtua supaya diberi kelancaran dan keselamatan.
Momoh masih mengingat cerita Iwa bagaimana dia selalu mengusap badan kapal selam sebelum berdinas.
Iwa pun selalu memeriksa detail kapal selam yang bakal dioperasikannya bersama seluruh awak.
"Iwa kalau mau berangkat berlayar selalu mengusap-usap kapal selamnya. Karena kapal selam dan krunya diyakini memiliki ikatan yang tak bisa dijabarkan katanya," bebernya.
Baca juga: Adik Anton Charliyan Mantan Komandan KRI Nanggala-402, Sakit akibat Keracunan Zat Besi Kapal Selam
Cerita soal kegigihan dan dedikasi Iwa Kartiwa beserta awak kapal selam lainnya dituturkan pula oleh kakak kandung Iwa, Anton Charliyan.
Mantan Kapolda Jawa Barat itu menjelaskan, setiap pulang melaut, Iwa dan teman-temannya selalu bercerita soal pengalaman mereka kepadanya. Terutama soal bahaya yang dihadapi sewaktu bertugas.
"Ternyata bahayanya selain dari alat yang sudah berumur, juga alam di dalam laut. Mereka tahu risikonya begitu, karena sudah mengemban tugas negara. Betul-betul jiwa dan raganya diberikan, menjaga kedaulatan negara," ujarnya, Jumat (30/4/2021).
Mendengar cerita Iwa dan teman-temannya, membuat Anton bergidik.
“Mereka menyebut beruntung kalau mesin mati beberapa menit di laut dengan kedalaman lebih dari 200 meter ke bawah. Tapi, ya karena mereka pasukan khusus kapal selam dan sangat sulit menjadi anggota khusus tersebut selama ini, makanya mereka sangat mengetahui risikonya secara detail demi membela negara," ucapnya.
Baca juga: Iwa Kartiwa, Sang Kolonel Penakluk Kapal Selam Indonesia, 26 Tahun Gadaikan Hidup dengan Maut