Berbeda dibandingkan dengan kapal lainnya atau tugas lainnya yang jika ada sesuatu ada celah untuk menyelamatkan diri.
"Tapi kalau kapal selam itu mereka tahu saat sudah masuk dan bertugas tidak ada celah untuk selamat jika sedang berada di dalam air. Di kapal selam itu, personel keluar langsung pecah tubuhnya karena tekanan air bawah laut. Kalau mesin mati langsung tidak bisa selamat," ujar Anton.
Makanya, Anton dulu sempat keheranan karena adiknya dan rekan-rekannya sangat rajin berpuasa sunat Senin-Kamis dan selalu mendekatkan dirinya ke pencipta.
Dirinya pun langsung mengetahui alasannya bahwa tugas yang dulu jumlahnya hanya 150 orang di Indonesia sebagai pasukan khusus kapal selam saat bertugas menggadaikan hidupnya selama berada di dalam air.
"Mereka gadaikan hidup dengan maut. Mereka kenapa lagi dinas puasa terus senin-kamis, saya baru tahu alasannya mungkin saat berdinas berhadapan dengan maut. Maka saat kejadian itu nangis di rumah meski sedang sakit didampingi saya. Dulu katanya jumlahnya 150 orang, sekarang ada 300 orang pasukan khusus kapal selam di Indonesia," ujar dia.
Anton berharap, pemerintah supaya bisa lebih memerhatikan para anggota pasukan khusus kapal selam yang selama ini mendedikasikan jiwa raganya bagi Negara dalam menjaga kedaulatan.
"Mereka memang paling tidak ada celah di saat ada masalah kapal selam sedang bertugas di bawah laut. Berbeda dengan pasukan-pasukan khusus lainnya yang masih ada peluang untuk menyelamatkan diri," pungkasnya.
Sebelumnya, Kapal Selam KRI Nanggala-402 milik TNI AL tenggelam di Perairan Bali, Rabu (21/4/2021) lalu.
Kapal selam itu diketahui buatan Jerman 1979 dan kini telah berusia 41 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.