Menurutnya, noken adalah tas tradisional yang harus dimiliki oleh semua masyarakata Papua.
“Noken adalah identitas Papua. Di dalam noken itu kita mengisi semua kebutuhan seperti hasil bumi, harta benda, juga sebagai gendongan bayi. Semua itu ada dalam noken," kata dia.
Ketua Kelompok Perajin Noken Nania itu menambahkan, dari sisi visual, masing-masig suku memiliki ciri khas pada noken yang mereka buat dan pakai.
"Noken itu sudah ada sejak moyang kita, dari noken itu juga kita bisa melihat perbedaan suku, setiap suku model nokennya beda," kata Merry.
Merry mencontohkan noken yang dibuat dari suku di bagian selatan Papua, tas tradisional itu diberi gantungan bulu kasuari.
Baca juga: Bioskop di Surabaya Diizinkan Beroperasi, Karaoke dan Tempat Hiburan Lainnya Tunggu Asesmen
"Kalau dari suku saya di Paniai itu ada anggreknya, kalau dari Wamena dia polos warna hitam dengan merah, jadi ada perbedaan warna dan cara bikinnya juga beda," kata Merry.
Arkeolog Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebut pembuatan noken yang asli dianggap sulit dan memakan waktu yang panjang.
Tas tradisional itu tak menggunakan bahan tekstil, hanya memanfaatkan serat tanaman.
Tanaman yang dinilai menghasilkan serat yang bagus yakni melinjo (Gnetum gnemon), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan anggrek (Diplocaulobium regale).
Serat pohon yang menjadi bahan utama pembuatan noken diperoleh dengan cara memukul kulit kayu. Kulit kayu yang telah dipukul itu lalu dianginkan hingga kering.