Tak hanya itu, Bayu juga menjual produknya melalui marketplace, seperti Tokopedia, Shopee, hingga Bukalapak, dengan nama akun bikers_market.
Bahkan, sebelum pandemi, dalam sebulan Bayu bisa mendapatkan order boks motor hingga 80 buah.
Ia pun sampai kewalahan melayani permintaan lantaran membludaknya pemesanan dari konsumen di berbagai daerah.
“Setelah pandemi ini, jumlah produksi turun drastis. Dalam sebulan paling hanya sepuluh atau belasan boks motor. Omzet yang kami raih pun hanya berkisar belasan juta saja,” ujar Bayu.
Pesatnya kemajuan bisnis boks motor sebelum pandemi menjadikan Bayu harus fokus pada satu pekerjaan.
Baca juga: Kongres HMI Ricuh, Ada Peserta yang Emosi Aspirasinya Tak Diakomodasi
Ia pun akhirnya keluar dari pekerjaannya di salah satu apotek di Kota Madiun sejak tahun 2019.
Bayu lalu merekrut empat pemuda yang memiliki keahlian mengelas dan membuat boks motor. Bersama timnya, Bayu melabeli produk boks motornya dengan merek Javatech.
Bayu berani memberikan merek karena segi kualitas bahan dan desain tidak kalah dengan merek lainnya yang sudah lebih dahulu beredar di pasaran.
Ia mengklaim kekuatan boks motornya teruji karena pengerjaannya pun dilakukan secara terukur dalam waktu satu minggu.
Setidaknya ada tiga jenis bahan yang dapat menjadi pilihan konsumen untuk membuat satu boks motor.
“Konsumen tinggal memilih mau menggunakan bahan dasar mulai dari galvanis, alumunium hingga stainless. Dari tiga bahan itu tentunya yang paling mahal terbuat dari stainless,” ujar Bayu.
Mahalnya motor boks stainless selain bahannya yang tidak murah juga terkait dengan proses pengerjaannya yang agak rumit. Untuk membuat satu boks motor stainless dibutuhkan waktu minimal tujuh hari.
Proses pembuatan boks motor dimulai dari pemotongan bahan. Selanjutnya bahan ditekuk dan dicat lalu dirakit.
Keunggulan lain dari boks motor buatan Bayu, konsumen bisa memilih desain, bahan, ukuran serta warna sesuai keinginannya.
Tak hanya itu, harga jualnya pun sangat terjangkau, mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.