”Jadi, kandang atau masyarakat setempat menyebutnya kalang itu terbuka. Sistem beternak kerbau rawa masih tradisional,” ujarnya.
Camat Jenamas, Kujang Rosayadi, mengatakan, Isran dan para peternak kerbau rawa lain menjadi bagian dari masyarakat penggerak ekonomi Jenamas. Mereka mengandalkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Efek berantai pun dirasakan masyarakat setempat.
Peternakan kerbau rawa menjadi penyerap tenaga kerja yang signifikan. Di Jenamas terdapat 2.738 keluarga. Sebagai indikator pentingnya usaha budidaya kerbau rawa, setiap peternak bisa menyediakan lapangan pekerjaan untuk lima orang. Sementara di Jenamas terdapat sekitar 200 peternak. Mereka tersebar di tiga desa, yakni Tampulang, Kalanis, dan Rangga Ilung.
”Ternak tidak diberi vaksin, tetapi populasi kerbau di Jenamas masih bisa bertambah dengan pesat, sekitar 600 ekor per tahun,” kata Isran. Namun, alangkah lebih majunya budidaya kerbau rawa jika pemerintah daerah memberikan dukungan yang sangat diharapkan para peternak.
”Kelangsungan budidaya sangat penting untuk melestarikan kerbau rawa. Saya sendiri kelak menurunkan upaya itu kepada generasi penerus,” ucapnya. Anak laki-laki Isran telah mengungkapkan niatnya untuk meneruskan tradisi keluarga tersebut.