Kedatangan ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, ada empat buruh yang datang melapor ke LPSK.
Opik (18), salah satu buruh yang datang ke LPSK, mengaku kerap mendapatkan perlakuan kasar dari mandor pabrik. ”Kalau kelihatan kerja lelet, mandor langsung menampar kami. Ini sering dialami saya dan teman- teman,” katanya.
Rizal (19), buruh lain, menambahkan, seorang buruh pernah kabur dan tertangkap penjaga. Buruh ini langsung dipukuli di depan teman-teman buruh dan dikurung selama sehari. Keesokan harinya, buruh ini disuruh bekerja lagi tanpa busana. Makan sehari-hari juga diberi seadanya.
”Pernah juga diberi nasi basi,” kata Rizal yang sudah bekerja enam bulan di tempat itu.
Selain mengalami kekerasan fisik, para buruh ini juga belum mendapatkan upah selama bekerja. Padahal, mereka dijanjikan menerima upah Rp 700.000 per bulan. Saat ini, para buruh tinggal di rumah masing-masing.
Anggota LPSK, Lili Pintauli, mengagendakan kemungkinan pemberian pelayanan psikologis bagi para buruh ini pada pekan depan.