Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Oknum Polisi dan Satu TNI Sudah Diperiksa

Kompas.com - 16/05/2013, 03:16 WIB

Jakarta, Kompas - Dua oknum anggota Brigade Mobil, satu oknum anggota Kepolisian Sektor Sepatan, dan satu oknum anggota Tentara Nasional Indonesia telah diperiksa terkait kasus praktik ”perbudakan” di pengolahan limbah metal di Desa Lebak Wangi, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten.

Kepala Kepolisian Resor (Polres) Tangerang Kabupaten Komisaris Besar Bambang Priyo Andogo mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan atas kasus yang menimpa buruh di Lebak Wangi tersebut.

”Pemeriksaan dilakukan oleh kesatuan masing-masing, yakni Provos Polri, juga Danpom TNI kepada anggotanya. Adapun Kepala Polsek Sepatan belum dimintai keterangan karena dia baru saja sakit,” ujar Bambang.

Kepala Polsek Sepatan Ajun Komisaris Sunaryo dirawat di rumah sakit, Selasa (7/5), sehari setelah ratusan buruh melakukan aksi di pabrik limbah metal yang memproduksi wajan itu.

Pemeriksaan juga telah dilakukan terhadap pemilik usaha, yaitu YI alias Yuki, serta tujuh tersangka.

Bambang juga memastikan bahwa penyelidikan dilakukan secara profesional, yaitu berdasarkan fakta, bukan persepsi.

”Kami bekerja secara profesional. Jadi, kalau ada oknum polisi yang menerima uang suap dari tersangka Yuki, maka oknum itu akan dikenai sanksi. Kalau ada fakta yang bisa dibuktikan, kami tidak akan menutupinya,” kata Bambang.

Minta perlindungan

Secara terpisah, kemarin, tiga buruh pengolahan limbah metal di Desa Lebak Wangi itu meminta pendampingan psikologis dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Pendampingan dirasakan perlu untuk memulihkan trauma selama bekerja di pabrik itu.

”Saksi korban ini berhak mendapatkan perlindungan, baik psikologis maupun medis,” kata Syamsul Munir, kuasa hukum para buruh yang juga aktivis Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).

Kedatangan ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, ada empat buruh yang datang melapor ke LPSK.

Opik (18), salah satu buruh yang datang ke LPSK, mengaku kerap mendapatkan perlakuan kasar dari mandor pabrik. ”Kalau kelihatan kerja lelet, mandor langsung menampar kami. Ini sering dialami saya dan teman- teman,” katanya.

Rizal (19), buruh lain, menambahkan, seorang buruh pernah kabur dan tertangkap penjaga. Buruh ini langsung dipukuli di depan teman-teman buruh dan dikurung selama sehari. Keesokan harinya, buruh ini disuruh bekerja lagi tanpa busana. Makan sehari-hari juga diberi seadanya.

”Pernah juga diberi nasi basi,” kata Rizal yang sudah bekerja enam bulan di tempat itu.

Selain mengalami kekerasan fisik, para buruh ini juga belum mendapatkan upah selama bekerja. Padahal, mereka dijanjikan menerima upah Rp 700.000 per bulan. Saat ini, para buruh tinggal di rumah masing-masing.

Anggota LPSK, Lili Pintauli, mengagendakan kemungkinan pemberian pelayanan psikologis bagi para buruh ini pada pekan depan. (ART/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com