Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PPP Menolak BLT

Kompas.com - 30/04/2013, 13:46 WIB
M Fajar Marta

Penulis

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Meskipun menjadi koalisi pemerintah, Partai Persatuan Pembangunan atau PPP menolak penerapan bantuan langsung tunai (BLT) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Alasannya, BLT tidak efektif mendorong kesejahteraan rakyat.

Demikian diungkapkan Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuzy kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/4/2013). Menurut Romahurmuzy, partainya menolak karena berkaca pada pengalaman 2008 saat pemerintah menaikkan BBM subsidi.

Sekurangnya ada dua alasan mengapa BLT ditolak. Pertama, BLT ternyata meningkatkan inflasi. Itu terjadi karena BLT mendorong konsumsi warga.

Padahal, sebelum BLT diberikan, inflasi sudah mulai naik merespons rencana kenaikan harga BBM. Akibat konsumsi yang berasal dari BLT, inflasi pun makin menjadi-jadi.

Kedua, BLT ternyata tidak mampu menurunkan angka kemiskinan. Dana BLT yang disalurkan kepada rakyat miskin umumnya habis begitu saja untuk konsumsi.

Karena itulah, ketimbang memberikan BLT, menurut Romahurmuzy, dana yang diperoleh pemerintah dari pengurangan subsidi sebaiknya digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan pertanian.

Saat ini, masih banyak jalan negara yang rusak. "Contohnya, waktu tempuh Jakarta Cirebon yang harusnya empat jam kini jadi 8 jam akibat jalan rusak. Dan jalan itu adalah jalan negara," katanya.

Infrastruktur kelistrikan juga perlu dibangun karena belum semua rakyat bisa menikmati listrik. Rasio electricity Indonesia baru sekitar 72 persen.

Di bidang pertanian, saat ini subsidi benih yang bisa diberikan baru untuk sepertiga dari jumlah petani. Dengan pengurangan subsidi BBM, pemerintah memiliki kesempatan untuk memberikan subsidi benih kepada seluruh petani.

Romahurmuzy juga mengatakan, kompensasi kenaikan harga BBM subsidi janganlah bersifat jangka pendek seperti BLT, melainkan jangka menengah dan panjang agar hasilnya lebih maksimal. "Ini juga untuk mendidik rakyat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Di Forum MIKTA Meksiko, Puan Bahas Tantangan Ekonomi Global hingga Persoalan Migran

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Gibran Ingin Konsultasi Kabinet ke Megawati, Pengamat: Itu Hak Presiden, Wapres Hanya Ban Serep

Nasional
Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com