Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beras yang Tersisa Hanyut Terbawa Banjir...

Kompas.com - 11/04/2013, 03:43 WIB

Bagi sebagian warga Bojonegoro, sapi seperti nyawa mereka. Tak mengherankan jika mereka rela tinggal satu tenda bersama sapi. ”Ini aset dan harta kami,” begitu kata Trimo.

Genangan di tempat tinggalnya sudah mencapai 1 meter lebih. Ia memelihara enam sapi, termasuk anakan. Jika air menggenang dan membahayakan ternak, warga membawa dulu ternak mereka ke dataran lebih tinggi.

Biasanya warga Sumbangtimun membawanya ke wilayah dekat tanaman jati di tepi jalan poros kecamatan. Mereka langsung mendirikan tenda. Sebagai penghangat, biasanya warga membakar jerami atau membuat perapian di sekitar tenda pengungsian. Asapnya pun tentu bisa terhirup bocah-bocah yang dibawa mengungsi.

Keluarga Kuncoro (51) membawa serta tabung elpiji dan kompornya yang paling tidak bisa dipakai untuk merebus air atau membuat kopi dan mi instan. Ia juga menyiapkan lampu tempel untuk penerang. ”Nyamuknya juga banyak. Namun, mau bagaimana lagi, rumah sudah terendam,” tuturnya.

Bukan hanya warga Sumbangtimun yang mengungsi bersama ternaknya. Warga Ngablak, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, pun mendirikan tenda di tanggul yang juga menjadi pembatas dengan Desa Ngulanan, Kecamatan Dander.

Sebagian warga Ngulanan, Kecamatan Dander, juga mendirikan tenda di tanggul di jalan raya Bojonegoro-Padangan. Sementara di Desa Leran, Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, sebagian warga mendirikan tenda di pinggir rel kereta api untuk sapi dan kambing mereka.

Ngadi (43), warga Ngablak, menuturkan, saat mengungsikan ternak, ia harus menerobos genangan air sambil menggendong pedet (anakan sapi) yang baru dilahirkan Senin lalu. Padahal, jarak antara rumah dan tenda pengungsian sekitar 1 km. ”Kalau tak begitu, ya, bisa mati,” tuturnya.

Sukiman (62), warga Ngablak lainnya, terpaksa mengungsikan tiga sapinya ke tanggul. Air di sekitar rumahnya mencapai 1 meter. ”Barang-barang kami naikkan ke para-para. Tinggal mengungsikan sapi. Pakannya dibawa ke sini memakai perahu,” tuturnya.

Banjir menyulitkan warga untuk mencari pakan ternak. Kadang mereka harus naik perahu mencari jerami di tempat lain yang tidak terendam. Mereka tak ingin ternaknya kekurangan pangan saat mengungsi walau mereka kekurangan makanan. Saat air mulai surut, tinggi genangan tidak sampai 50 sentimeter, warga mulai menuntun dan menggiring sapi kembali ke kandang.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mendirikan dapur umum dan menyiapkan posko pengungsian di sejumlah titik. Selain itu juga didirikan tenda pengungsian, seperti di Sukoharjo, Leran, dan Ngulanan. Perahu karet juga disiapkan untuk mengevakuasi warga, khususnya warga yang hamil, orang lanjut usia, dan anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com