Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi M. Dirgantara

Kompas.com - 02/04/2013, 23:42 WIB

Kuda-kuda

“Aku yang akan menemanimu di belakang pelana menuju musim dingin. Rasanya malas berkuda dan akan dingin sekali,” katamu 98 tahun lalu.
Lalu kita menunggu dan kamu memegang tanganku.

“Baiklah. Kita berangkat sore hari. ”
“Jagal saja kudaku sebagai bekal,” kamu tertawa.

Waktu berlalu seperti gelisah.
Dan sore itu, 1012, ketika sebelah kakimu menginjak sanggurdiku,
seseorang datang terseok dari gurun yang menguap.
Matanya terhalang kerudung kering tanah.

“Bolehkah aku memohon belasmu?” katanya
padamu.

Kamu menatapnya,
dan
menurunkan kakimu.

Lantas mengambil kembali kudamu dari akhirat dan meminta maaf pada tuhan karena berubah pikiran.

Pelan, kamu memacu di belakangku.
Aku menangkapmu, dari sela rambut dan kerudung.

Tapi aku tiba di kusam salju dan mengingat semua itu, sambil bertanya kapan tapak kudamu lengkap mengulangi tapak kudaku.

Orang berkerudung tanah kering itu
baru saja hilang di terima kasih.

 2013

Nyaman

Saya lebih nyaman pada biru langit
Pada terang lampu malam
Pada hitam aspal
Pada deru jam dua
Pada hijau pojon
Pada bening air
Pada lengket terik
Pada mulus kulit artis
Pada mereka
Pada semua yang terasa biasa saja.

Sayangnya.

2013

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com