Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilematisnya Mobil Listrik

Kompas.com - 27/02/2013, 02:37 WIB

Oleh AW SUBARKAH

Bangga, sudah pasti. Kesekian kalinya generasi muda menunjukkan kebolehannya. Namun, mengapa sepertinya prestasi itu selalu berhenti di awal?

Masih ingat mobil Esemka karya pelajar SMK yang sempat ingar-bingar, tetapi kini seperti ditelan bumi. Bulan Januari lalu giliran mahasiswa membuat mobil listrik menawan, yang dibayangi kekhawatiran bernasib serupa: melengkapi catatan sejarah rintisan otomotif di negeri ini.

Sepertinya ada jurang sangat dalam ketika mahasiswa akan memasuki dunia industri. Mobil listrik karya mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya—bernama EC ITS—seharusnya bisa ditangkap sebagai awal kebangkitan kemandirian bangsa dalam industri otomotif.

Apalagi, menurut rencana, langkah ini akan diikuti perguruan tinggi lain. Selayaknya pemerintah melihatnya sebagai sasaran jangka panjang yang bisa membebaskan negeri dari ketergantungan teknologi asing.

Catatan sejarah

Bicara mobil listrik tak lepas dari mobil Tucuxi milik Menteri BUMN Dahlan Iskan sekalipun kandas menghantam tebing. Tragedi mobil bergaya sport itu, yang menarik bukan soal kontroversi, melainkan lebih pada bagaimana kemampuan anak negeri ini.

Bagaimanapun, ini momentum menarik bagi pengembangan mobil listrik dalam negeri. Apalagi, kurang dari sebulan sejak kejadian ”Ferrari” Pak Menteri, para mahasiswa unjuk kemampuan di depan Mendikbud Mohammad Nuh.

Catatan menarik dari kedua momentum adalah kemampuan bangsa ini membuat kendaraan listrik sendiri. Keduanya karya kaum muda, di mana mobil Tucuxi ciptaan Danet Suryatama, alumnus ITS.

Mungkin ini kebetulan walaupun memang perguruan tinggi di Kota Surabaya ini punya catatan menarik di bidang otomotif. Aktivitas spektakuler terjadi tahun 1989 ketika para mahasiswa lintas disiplin ITS membuat mobil listrik bertenaga sel surya. Bahkan, mobil Widya Wahana I sukses menempuh jarak Jakarta-Surabaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com