Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa di TTU Bayar Listrik Pakai Ternak

Kompas.com - 26/02/2013, 09:38 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com - Gara-gara tak punya uang untuk membayar iuran lampu super ekstra hemat energi (sehen) milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) cabang Kefamenanu, warga Desa Tasinifu, Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, terpaksa membayar pakai ternak.

Kepala Desa Tasinifu Milikhiur Kofi yang didampingi Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Silfester Fobia, dan tokoh pemuda, Edwegis Sila, kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2013), mengatakan, ternak yang dipakai oleh warga untuk membayar tagihan listrik yakni, babi, anjing, dan ayam. Sejak Mei 2012, kata Milikhiur, 700 kepala keluarga (KK) di desa itu menggunakan lampu sehen.

"Setiap bulannya warga harus membayar Rp 36.000, tetapi karena uangnya tidak ada dan takut nanti dicabut listriknya, warga terpaksa membayar dengan ternak yang dimilikinya," kata Milikhiur.

Menurut Milikhiur, warga juga mengeluhkan kenaikan tarif sebesar Rp 4.000 pada Februari ini dan kenaikan itu tidak didahului dengan pemberitahuan. "Warga juga kecewa karena kenaikan tarif yang dilakukan secara sepihak oleh petugas PLN, menjadi Rp 40.000 per bulannya. Kami berharap kebijakan dari pihak PLN, sehingga bisa membantu warga yang kesulitan dari sisi ekonomi," tandas Milkhiur.

Terkait dengan itu, Plt Manajer rayon Kefamenanu Anang Taufiqi mengatakan pembayaran dengan memakai ternak itu diatur oleh petugas sehingga bisa sesuaikan harga antara ternak dan tarif iuran.

"Kalau membayar pakai ternak itu diatur secara teknis oleh petugas penagihan. Terkait dengan kenaikan itu sebenarnya bukan kenaikan tarif, tetapi tambahan biaya. Itu pun telah disepakati antara petugas dan warga dengan maksud untuk memudahkan pembayarannya," jelas Anang.

Dia menambahkan, pihaknya mencoba menawarkan kepada warga supaya biaya tambahan itu dipakai untuk biaya transportasi petugas, daripada warga yang harus datang jauh-jauh dari desanya hanya untuk membayar Rp 36.000. "Kan butuh ongkos tambahan yang lebih banyak lagi," kata Taufiqi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com