Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Peningkatan Status Keamanan

Kompas.com - 23/02/2013, 02:56 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah tidak meningkatkan status keamanan di Papua. Insiden serangan oleh kelompok bersenjata yang menewaskan delapan prajurit Tentara Nasional Indonesia dan empat warga sipil direspons pemerintah dengan penegakan hukum.

”Tak ada peningkatan status apa pun di Papua. Namun, operasi penegakan hukum dalam tertib sipil akan dilakukan sesuai koridor hukum,” kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Jumat (22/2), di Kantor Presiden.

Hal itu disampaikan Djoko seusai rapat kabinet terbatas yang membahas insiden penembakan di Papua pada Kamis lalu. Rapat yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga diikuti Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo, Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman, dan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Menurut Djoko, Presiden menekankan, yang dikedepankan di Papua tetap pendekatan ekonomi dan kesejahteraan. Pendekatan ini tidak berubah sejak Yudhoyono terpilih sebagai presiden pada 2004. ”Tak ada perubahan pendekatan,” ucapnya.

Terkait pilkada

Penembakan di Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, diduga karena ada kelompok bersenjata yang tak senang dengan keberadaan pos TNI dan Polri untuk meningkatkan keamanan di daerah yang rawan. Adapun insiden di Sinak, Kabupaten Puncak, yang menewaskan tujuh prajurit TNI, kata Djoko, tak tertutup kemungkinan terkait dengan pemilihan kepala daerah (pilkada). Terjadi ekses akibat ketegangan antarkelompok warga.

Kabupaten Puncak adalah hasil pemekaran dari Puncak Jaya pada 2008. Puncak menggelar pilkada pada 14 Februari 2013.

Djoko juga menambahkan, TNI dan Polri perlu mengevaluasi internal terkait standar pengamanan pos penjagaan atau standar saat aparat berada di luar pos. ”Kita tidak boleh lengah sedikit pun,” ujarnya lagi. Agus Suhartono memastikan tidak terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan TNI dalam insiden penembakan. ”Kasus ini, orang lagi jalan, lalu diserang,” ujarnya. Aparat tak diperlengkapi senjata sebab selama ini ada pembinaan yang baik.

Marciano menyatakan, Prajurit Satu Wahyu Prabowo, prajurit TNI yang gugur di Tingginambut, telah dievakuasi. Namun, prajurit TNI yang tewas di Sinak belum. ”Ada penembakan terhadap helikopter yang melakukan evakuasi. Helikopter pun pergi ke tempat yang aman,” ujarnya.

Cuaca buruk

Dari Papua dilaporkan, upaya mengevakuasi tujuh dari delapan anggota TNI yang tewas dalam penyerangan di Papua, Jumat, gagal. Cuaca buruk dan situasi wilayah yang belum aman menjadi kendala proses itu.

Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal Christian Zebua, kemarin, mengatakan, TNI sebenarnya telah mengirim tiga helikopter untuk mengevakuasi korban di Tingginambut dan Sinak. Namun, evakuasi di Sinak sempat terhadang.

Menurut Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letnan Kolonel Jansen Simanjuntak, helikopter Super Puma TNI Angkatan Udara yang dikirim untuk mengevakuasi korban ditembaki kelompok sipil bersenjata. Kru pesawat, Letnan Satu Amang, tertembak jari kelingkingnya. Peluru menembus kaca kanan helikopter. Adapun jenazah tujuh prajurit TNI sementara masih disemayamkan di Koramil Sinak.(ato/jos/gre/ ABK/FER/EDN/WHY/LOK/NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com