DEMAK, KOMPAS -
Atas keberhasilan itu, Kementerian Pertanian (Kementan) akan meneliti potensi Desa Tlogoweru sebelum dan setelah ada investasi. Penelitian itu terkait bidang ekonomi, kondisi sosial, birokrasi, dan teknologi.
Hal ini disampaikan Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Prabowo, Selasa (19/2), saat mengunjungi Tlogoweru bersama tim Kementan. Selain untuk menyurvei dan mendata potensi desa, Prabowo turut menyaksikan pengoperasian kincir angin cerdas yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian.
”Jika hasil penelitian itu bagus dan ada peningkatan pendapatan warga, khususnya petani, kami mencanangkan Desa Tlogoweru menjadi desa percontohan bagi desa lain di Indonesia,” katanya.
Kepala Desa Tlogoweru Soetedjo menjelaskan, peningkatan pendapatan petani dapat ditinjau dari program pengembangbiakan burung hantu. Sebelum ada burung itu, petani hanya memanen jagung sekitar 3,3 ton dan padi sekitar 3,2 ton per hektar.
Setelah ada burung hantu, petani di Tlogoweru dapat memanen jagung dan padi masing-masing hingga 7 ton. Pendapatan petani dari panen padi yang semula hanya Rp 11,55 juta per hektar meningkat menjadi Rp 23,1 juta per hektar. ”Peningkatan produksi padi itu ditunjang dengan pengadaan 400 sumur pantek di persawahan. Sumur itu penting karena wilayah Kecamatan Guntur selalu kekurangan air,” ujarnya. Saat ini Tlogoweru sedang menguji coba kincir angin untuk mengairi persawahan.
”Dengan pompa diesel, petani mengeluarkan biaya Rp 700.000 untuk mengairi 1 hektar sawah. Dengan kincir angin, petani bisa lebih berhemat,” kata Soetedjo.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Demak Hari Adi Soesilo menambahkan, Pemerintah Kabupaten Demak mengembangkan burung hantu di 14 kecamatan.