Pekanbaru, Kompas
”Selama ini, Pusat Informasi dan Konseling (PIK) hanya di SMA dan perguruan tinggi. Tahun 2013, kami ingin memasuki pondok pesantren dan SMP,” kata Pelaksana Tugas Kepala BKKBN Sudibyo Alimoeso di Pekanbaru, Riau, Jumat (15/2). Di PIK, siswa bisa tanya kesehatan reproduksi, pacaran, dan lain-lain.
Ia bersama Wakil Gubernur Riau Mambang Mit dan Deputi Bidang Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana Emil Agustiono, mewakili Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, meninjau dan meresmikan PIK-Remaja Starteen di Pondok Pesantren Babussalam Yayasan KH Abdul Wahab Rokan Pekanbaru. PIK Starteen berjalan setahun terakhir.
Kini, terdapat 16.000 PIK di SMA dan 400 PIK di perguruan tinggi. Siswa di SMP sederajat belum tersentuh, padahal mulai mengalami pubertas.
Hasil penelitian Australian National University dan Universitas Indonesia tahun 2010 pada remaja di Jakarta dan sekitarnya mencengangkan. ”Lebih dari 20 persen remaja pernah berhubungan seks. Belum lagi masalah narkoba yang 27 persen pelakunya adalah remaja. Kasus HIV/AIDS, 40 persennya remaja,” kata Sudibyo.
Penelitian itu menunjukkan, masa depan remaja kritis. Selain rugi dari sisi kesehatan, karena berhubungan seksual pada saat organ reproduksi belum matang, ketidaksiapan ekonomi dan psikis membuat pernikahan rapuh.
Wakil Gubernur Riau Mambang Mit menunjukkan fakta permasalahan remaja yang tak kalah menyesakkan. Dari 1.000 penghuni Lembaga Pemasyarakatan Riau yang berkapasitas 500 orang, sekitar 50 persennya tersangkut kasus narkoba. Adapun, 60 persen di antara kasus itu, menyangkut anak-anak. (ICH)