Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gizi Buruk Dera Pengungsi Syiah Sampang

Kompas.com - 15/01/2013, 02:08 WIB

SAMPANG, KOMPAS.com - Kondisi pengungsi Syiah korban tragedi Sampang, Madura kini kian memprihatinkan. Mereka diduga didera berbagai macam penyakit, termasuk demam berdarah dengue akibat gizi buruk pascapemerintah setempat mencabut masa tanggap darurat.

"Mereka kekurangan gizi karena bantuan makanan dari pemerintah sudah dihentikan dengan alasan masa tanggap darurat telah habis," kata juru bicara relawan kemanusiaan dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia, Abd Kadir di Sampang, Senin (14/1/2013) malam.

Dalam rilis yang disampaikan Abd Kadir, ia menjelaskan, kini kondisi kesehatan mereka yang tinggal di lokasi pengungsian di Gedung Olahraga (GOR) Wijaya Kusuma sangat memprihatinkan. Selain kekurangan makanan, karena pasokan bantuan dari pemkab setempat telah dihentikan, para pengungsi itu, juga kekurangan air minum dan air untuk mandi.  Bahkan, untuk bisa mandi, para pengungsi ini terpaksa harus membeli dengan menggunakan tangki.

"Yang jelas dari sisi kesehatan mereka itu juga sangat tidak sehat. Air kurang, makanan juga seperti itu," kata Kadir.

Selain bantuan pasokan bantuan makanan, bantuan obat-obatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sampang juga telah dihentikan sejak sebulan lalu. Sebagian pengungsi saat ini diserang penyakit demam berdarah dan membutuhkan bantuan pengasapan. "Kami berharap melalui informasi di berbagai media ini, ada pihak-pihak yang terketuk hatinya untuk membantu kondisi mereka disana," kata Abd Kadir.

Warga Syiah yang menjadi korban tragedi kemanusiaan di Sampang yang kini tinggal di lokasi pengungsian itu mencapai 200 orang lebih, terdiri dari laki-laki, perempuan, tua dan muda, serta anak-anak. Dua di antara para pengungsi ini, sedang dalam kondisi hamil. Nyonya Sahrul dengan usia kandungan delapan bulan, dan Maidi dengan usia kandungan sembilan bulan.

Kedua ibu hamil ini, menurut Abd Kadir, juga kekurangan gizi, dan tidak bisa memeriksakan kehamilannya secara rutin ke rumah sakit. "Karena kalau periksa, dia kan harus bayar, sedangkan kita tahu sendiri para pengungsi ini tidak memiliki uang," kata Kadir lagi.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com