Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara dengan Wali Kota Lhokseumawe soal Duduk "Mengangkang"

Kompas.com - 06/01/2013, 15:05 WIB
Mohamad Burhanudin

Penulis

Begini. Sejak dulu, Aceh untuk sudah Islami. Itu tecermin juga dalam adat istiadat dan budayanya. Aturan ini kami tujukan untuk memperkuat budaya Aceh yang Islami itu. Namun, saat ini kami menghadapi gempuran budaya asing, yang berpotensi merusak nilai-nilai budaya dan adat istiadat kami. Ini yang menjadi keresahan kami bersama.

Duduk menyamping saat dalam boncengan kereta (motor) itu sejak dulu sudah ada dalam budaya dan adat istiadat kami. Adat semacam itu tujuannya hanya satu, yakni menjaga martabat, kemuliaan, dan marwah perempuan di Aceh. Inilah yang harus dijaga. Mengembalikan marwah dasar wanita Aceh yang sesuai dengan nilai Islam dan adat istiadat Aceh.  

Aceh telah memiliki perda atau qanun tentang Syariat Islam. Inilah yang ingin akomodasi dan laksanakan sebaik-baiknya. Memang, Qanun Syariat belum secara keseluruhan mengatur tentang semua tuntunan dalam Syariat Islam, tapi qanun ini juga menginspirasi kami mengembalikan budaya Aceh yang Islami dan bermartabat.  

Banyak kalangan menolak ketentuan ini karena dinilai tak adil bagi perempuan, dan bahkan sangat membahayakan bagi perempuan jika harus duduk menyamping saat diboncengkan dengan sepeda motor di jalan raya. Menurut Anda?  

Tolong dipahami, adat istiadat Aceh sejak dulu sudah seperti itu. Bagi yang di luar Aceh mohon pengertiannya. Jangan sekadar pakai logika. Hormati keinginan kami untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, dan melaksanakan adat istiadat budaya kami. Kami hanya ingin wanita di Aceh terjaga martabat, harkat, dan kemuliaannya. Marwah lembut perempuan itu harus dijaga.

Mengenai duduk menyamping berbahaya, itu kalau ngebut. Kalau membawa kendaraannya biasa saja, itu justru akan memberikan nuansa kelembutan. Yang bilang itu bahaya adalah mereka yang sering duduk mengangkang.  

Cukup jelas dalam Islam, agar umat Islam baik laki-laki maupun perempuan menjaga kesopanannya. Tapi, apa yang kami lakukan ini seakan-akan dipandang sebagai kekejaman. Padahal, harapan dan tujuan kami hanyalah agar marwah, martabat, dan kemuliaan perempuan Aceh terpelihara sesuai Syariat Islam dan adat istiadat budaya Aceh.  

Persoalan penting yang dihadapi Aceh, khususnya Lhokseumawe, masih banyak seperti pemberantasan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan, dan penanganan korban konflik. Tapi, mengapa yang didahulukan justru persoalan larangan mengangkang bagi perempuan seperti ini?  

Mohon dipahami, ini semua untuk kebaikan kami, masyarakat Aceh yang Islami. Kami sangat menghargai perempuan-perempuan kami. Menjaga martabat dan kemuliaannya sangat penting. Tak hanya di mata masyarakat Lhokseumawe, tapi juga di mata umat yang lain. (HAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com