MANADO, KOMPAS.com — Pembangunan Bandara Miangas, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara, terpaksa menggunakan solar dan bensin yang dipasok dari Filipina. Meski mahal, harga solar ataupun bensin masih lebih murah jika dibandingkan dengan harga di Miangas kepulauan.
Kepala Dinas Perhubungan Sulawesi Utara Parlindungan Tampubolon di Manado, Jumat (1/4/2013), mengungkapkan, pembelian bahan bakar dari Filipina dilakukan karena kelangkaan BBM di wilayah perbatasan.
"Kami beli bensin di Melonguane Rp 20.000 per liter, jauh lebih mahal dari harga Filipina," katanya. Harga bensin di General Santos, Mindanao, sekitar Rp 11.500 per liter, sedangkan harga solar sekitar Rp 12.000 per liter.
Pembelian bensin dan solar dalam jumlah kecil saja karena saat itu pembangunan bandara sudah harus dimulai setelah Pemerintah Pprovinsi Sulut dan Kabupaten Talaud selesai membebaskan lahan bandara.
Kesulitan bahan bakar minyak di Miangas berlangsung sepanjang tahun. Pihak Dinas Perhubungan sendiri telah membawa tiga alat berat dan sejumlah truk pengangkut material ke Miangas.
Panjang bandara Miangas mencapai 1.200 meter dengan lebar 60 meter. Untuk memperoleh lahan seluas itu, pemerintah harus mengeluarkan anggaran Rp 20 miliar dalam program pembebasan lahan. Harga tanah melonjak menjadi Rp 150.000 per meter persegi dari harga nilai jual obyek pajak Rp 10.000 per meter persegi.
Tampubolon mengatakan pesimistis pembangunan bandara dapat selesai tahun 2013 meski anggaran pembangunan dari APBN sebanyak Rp 90 miliar telah tersedia.
"Selama BBM kurang, pembangunan tetap lambat. Kami sudah minta pihak Pertamina membantu pembangunan bandara," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.