Sampai kini belum ada obat ataupun vaksin bagi penyakit menular itu. Pencegahan demam berdarah dengue (DBD) dilakukan dengan menghindari nyamuk penyebar virus dengue, Aedes aegypti
Upaya membuat vaksin demam berdarah dengue telah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan Sanofi Pasteur, anak perusahaan farmasi Sanofi yang berbasis di Perancis, mengembangkan vaksin sejak 1990-an.
Pada dasarnya, vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, virus tidak aktif, atau mikroorganisme penyebab penyakit. Saat orang sehat diberikan vaksin diharapkan sistem kekebalan tubuhnya menanggapi virus atau mikroorganisme dengan respons imun adaptif. Dengan demikian, tubuh memproduksi antibodi terhadap agen penyebab penyakit sehingga terjadi kekebalan terhadap penyakit terkait.
Ada juga vaksin yang dirancang dengan memperkenalkan salinan DNA dari gen spesifik virus ke sel. Singkat kata, tubuh diprogram untuk mengenali virus penyakit dan ”mengingat” bagaimana menghancurkannya.
Namun, upaya membuat vaksin DBD tidak mudah. Salah satu tantangan, adanya empat jenis (serotipe) berbeda virus dengue yang menyebabkan demam berdarah. Vaksin yang efektif harus melindungi orang terhadap keempat serotipe virus. Setelah seseorang kebal terhadap satu serotipe dengue, ia tidak akan terinfeksi oleh serotipe yang sama. Masalahnya, jika orang itu kemudian terinfeksi serotipe dengue yang berbeda, dikhawatirkan akan berisiko mengalami demam berdarah dalam tingkat lebih parah.
Kini, mulai ada harapan vaksin DBD. Di depan wartawan dari sejumlah kawasan termasuk Asia yang berkunjung ke markas Sanofi di Paris, Perancis, November lalu, CEO Sanofi
Sanofi sedang melakukan tahap akhir dari uji klinis tahap III dengan 31.000 peserta di Asia (Filipina, Vietnam, Ma-