Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Baru Perang Lawan DBD

Kompas.com - 18/12/2012, 04:04 WIB

Oleh Indira Permanasari

Demam berdarah dengue sejak lama menjadi masalah kesehatan terutama bagi negara-negara di sekitar ekuator, termasuk di Indonesia. Kini, ada secercah harapan dalam memerangi demam berdarah, yakni dengan vaksin yang kini dalam tahap akhir pengembangan. 

Sampai kini belum ada obat ataupun vaksin bagi penyakit menular itu. Pencegahan demam berdarah dengue (DBD) dilakukan dengan menghindari nyamuk penyebar virus dengue, Aedes aegypti, misalnya dengan membersihkan lingkungan dan pengasapan. Namun, korban jiwa masih berjatuhan. DBD menjadi ancaman bagi sekitar 220 juta orang di dunia.

Upaya membuat vaksin demam berdarah dengue telah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan Sanofi Pasteur, anak perusahaan farmasi Sanofi yang berbasis di Perancis, mengembangkan vaksin sejak 1990-an.

Pada dasarnya, vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan, virus tidak aktif, atau mikroorganisme penyebab penyakit. Saat orang sehat diberikan vaksin diharapkan sistem kekebalan tubuhnya menanggapi virus atau mikroorganisme dengan respons imun adaptif. Dengan demikian, tubuh memproduksi antibodi terhadap agen penyebab penyakit sehingga terjadi kekebalan terhadap penyakit terkait.

Ada juga vaksin yang dirancang dengan memperkenalkan salinan DNA dari gen spesifik virus ke sel. Singkat kata, tubuh diprogram untuk mengenali virus penyakit dan ”mengingat” bagaimana menghancurkannya.

Namun, upaya membuat vaksin DBD tidak mudah. Salah satu tantangan, adanya empat jenis (serotipe) berbeda virus dengue yang menyebabkan demam berdarah. Vaksin yang efektif harus melindungi orang terhadap keempat serotipe virus. Setelah seseorang kebal terhadap satu serotipe dengue, ia tidak akan terinfeksi oleh serotipe yang sama. Masalahnya, jika orang itu kemudian terinfeksi serotipe dengue yang berbeda, dikhawatirkan akan berisiko mengalami demam berdarah dalam tingkat lebih parah.

Secercah harapan

Kini, mulai ada harapan vaksin DBD. Di depan wartawan dari sejumlah kawasan termasuk Asia yang berkunjung ke markas Sanofi di Paris, Perancis, November lalu, CEO Sanofi Chris Viehbacher mengatakan, upaya perusahaan itu mengembangkan vaksin dengue mulai membuahkan hasil.

Sanofi sedang melakukan tahap akhir dari uji klinis tahap III dengan 31.000 peserta di Asia (Filipina, Vietnam, Ma- laysia, Indonesia, dan Thailand) dan Amerika Latin (Meksiko, Kolombia, Honduras, Puerto Riko, dan Brasil). ”Rencananya, vaksin itu diluncurkan ke pasar tahun 2015. Saat ini uji coba diperluas untuk melihat kemampuan vaksin dalam memberi perlindungan di berbagai tempat,” ujarnya.

Sebelumnya, dalam uji tahap IIb yang melibatkan 4.002 anak usia 4-11 tahun di Thailand menunjukkan, vaksin dengue aman dan memberi perlindungan terhadap tiga serotipe. Efikasi vaksin adalah 61,2 persen terhadap serotipe 1 virus dengue, 81,9 persen untuk serotipe 3, dan 90 persen terhadap serotipe 4. Namun, vaksin belum memberikan perlindungan terhadap serotipe 2 di Thailand. Padahal, serotipe itu paling banyak ditemui dan menimbulkan keparahan di Thailand.

Bagi Sanofi, hasil itu cukup menggembirakan. President Global Research and Development Sanofi Elias Zerhouni mengatakan, vaksin itu terbukti aman bagi anak-anak. ”Kini kami menyelidiki kenapa vaksin tidak bisa melindungi terhadap virus tipe 2 walau vaksin mampu memicu respons imun terhadap serotipe itu,” kata dia.

Zerhouni mengatakan, ada harapan vaksin yang tidak bekerja di Thailand kemungkinan bisa bekerja di negara lain.

Di Indonesia, empat serotipe virus dengue ditemukan. Dalam artikel ”Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue di Indonesia”, dalam Sari Pediatri volume 10 tahun 2009 karya Mulya Rahma Karyanti dan Sri Rezeki Hadinegoro dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo-FKUI, disebutkan, survei isolasi virus dengue yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan dan Laboratorium NAMRU-2 di Jakarta menunjukkan, tahun 1972- 1992, empat serotipe dengue ditemukan pada kasus DBD ringan sampai berat di Indonesia. Serotipe 3 dan 2 dominan, diikuti serotipe 1 dan 4.

Tahun 2004, Badan Litbang Depkes melakukan isolasi virus dengue dengan RT-PCR pada periode kejadian luar biasa DBD. Serotipe 3 masih paling dominan, diikuti serotipe 2, serotipe 4, dan serotipe 1.

Perlombaan vaksin

Vice President International Business Development Sanofi Pasteur—anak perusahaan Sanofi, produsen vaksin—Vincent Hamelin mengatakan, vaksin dengue hanya salah satu dari 13 vaksin yang tengah dikembangkan. Beberapa vaksin baru lain, antara lain, untuk mencegah penyakit endemis seperti infeksi C Difficile yang diperoleh di rumah sakit, vaksin dosis tunggal Japanese encephalitis, vaksin flu orang dewasa, dan sejumlah vaksin kombinasi. Perusahaan itu juga turut serta dalam upaya global mencegah HIV melalui riset vaksin HIV.

Hamelin mengatakan, pengembangan sebuah vaksin baru memerlukan waktu 14-25 tahun dengan biaya 300 juta dollar AS-1 miliar dollar AS. Divisi riset dan pengembangan perusahaan itu menginvestasikan 564 juta euro sepanjang tahun 2011.

Vaksin menarik bagi industri obat berteknologi tinggi karena merupakan produk biologis. Karakter produk biologis harus dibuat dalam kondisi dan fasilitas yang persis sama. Perbedaan proses ataupun fasilitas produksi akan menjadikan hasil yang sangat berbeda. Saat paten habis, produsen lain tidak akan mudah menirunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com