Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Pengungsi Syiah Sampang, ke Mana Pemerintah?

Kompas.com - 23/11/2012, 10:49 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Nasib sekitar 274 jiwa pengungsi warga Syiah asal Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan warga Desa Bluuran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, kini tidak jelas.

Mereka sudah berada di tempat pengungsian di GOR Tenis Sampang sekitar tiga bulan tanpa ada solusi yang menguntungkan dari pemerintah. Pemerintah justru terkesan melakukan pembiaran dengan menghentikan suplai air bersih dan makanan sejak beberapa waktu lalu.

Hal ini diungkapkan kakak kandung Tajul Muluk (pimpinan kelompok Syiah), Iklil Al Milal, Kamis (22/11/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan. "Intinya kami mempertanyakan sampai kapan kami tinggal di GOR. Kami tidak merasakan kasih sayang Pemda," ucap Iklil.

Iklil menuturkan, sejak dua hari lalu, pengungsi mulai mengalami kesulitan mencari makanan dan air bersih. Bantuan pemerintah daerah atas kedua kebutuhan warga itu sudah mulai dihentikan tanpa ada alasan yang pasti.

Dengan kondisi seperti itu, Iklil mengatakan, para pengungsi pun harus patungan membeli air dan makanan seadanya. Padahal, uang tunai yang dimiliki pengungsi pun kian menipis lantaran pengungsi tidak bisa bekerja menanam tembakau.

Para pengungsi pun, lanjut Iklil, sulit melakukan hubungan intim suami-istri. "Meski ada bilik asmara, tetapi pengungsi itu malu, apalagi mereka merasa itu seperti hotel. Kami hanya ingin segera pulang," imbuh Iklil.

Solusi relokasi

Sementara itu, Koordinator Kontras Surabaya Andy Irfan menuturkan, solusi yang ditawarkan pemerintah tidak menguntungkan para pengungsi. Ada tiga solusi yang ditawarkan, tetapi semuanya terkait relokasi kelompok Syiah dari Sampang.

Solusi relokasi, kata Andy, menunjukkan pemerintah masih melihat konflik Syiah-Sunni di Sampang dari perspektif konflik keluarga antara dua pimpinan kelompok itu, yakni Tajul Muluk dan Rois.

Padahal, Andy menjelaskan pangkal permasalahan kasus ini bermula dari fatwa sesat yang diterima kelompok Syiah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.

"Selama fatwa itu tidak dicabut, kelompok Syiah akan terus ditindas. Pemerintah juga selama ini tidak ada dialog, langsung menawarkan solusi relokasi. Kementerian Agama praktis tidak berbuat apa-apa," ucap Andy.

Bantuan warga Sunni

Sementara itu, Iklil menjelaskan selama ada di pengungsian, pihaknya bertumpu pada bantuan dan sumbangan masyarakat dan LSM. Iklil pun mengaku sumbangan itu juga berasal dari warga Sunni yang dulu bertetangga dengan warga Syiah.

"Mereka (Sunni) kan dulu tetangga kami, mereka masih suka datang ke GOR pengungsian untuk memberikan bantuan atau dukungan moral bagi kami. Kami sendiri sebenarnya tidak masalah dengan mereka, kami baik-baik saja," ucap Iklil.

Namun, Iklil menduga kebencian terhadap kelompok Syiah dimotori oleh para ulama setempat sehingga warga Sunni terprovokasi. "Siapa lagi yang mampu menggerakkan mereka selain ulama? Selama ini kami baik-baik saja dengan mereka (Sunni)," tutur Iklil.

Berita-berita terkait bisa diikuti dalam topik: Kekerasan di Sampang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

    RS Polri Buka Posko untuk Identifikasi Jenazah Korban Pesawat Jatuh di BSD

    Nasional
    ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

    ICW Desak KPK Panggil Keluarga SYL, Usut Dugaan Terlibat Korupsi

    Nasional
    Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

    Jokowi Masih Godok Susunan Anggota Pansel Capim KPK

    Nasional
    Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

    Bamsoet Ingin Bentuk Forum Pertemukan Prabowo dengan Presiden Sebelumnya

    Nasional
    Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di 'Gala Dinner' KTT WWF

    Senyum Jokowi dan Puan saat Jumpa di "Gala Dinner" KTT WWF

    Nasional
    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta 'Money Politics' Dilegalkan

    ICW Minta MKD Tegur Hugua, Anggota DPR yang Minta "Money Politics" Dilegalkan

    Nasional
    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum 'Gala Dinner' WWF di Bali

    Momen Jokowi Bertemu Puan sebelum "Gala Dinner" WWF di Bali

    Nasional
    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Anak SYL Percantik Diri Diduga Pakai Uang Korupsi, Formappi: Wajah Buruk DPR

    Nasional
    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Vibes Sehat, Perwira Pertamina Healing dengan Berolahraga Lari

    Nasional
    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nyalakan Semangat Wirausaha Purna PMI, Bank Mandiri Gelar Workshop “Bapak Asuh: Grow Your Business Now!”

    Nasional
    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Data ICW: Hanya 6 dari 791 Kasus Korupsi pada 2023 yang Diusut Pencucian Uangnya

    Nasional
    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    UKT Meroket, Anies Sebut Keluarga Kelas Menengah Paling Kesulitan

    Nasional
    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Anies Ungkap Kekhawatirannya Mau Maju Pilkada: Pilpres Kemarin Baik-baik Nggak?

    Nasional
    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    MKD DPR Diminta Panggil Putri SYL yang Diduga Terima Aliran Dana

    Nasional
    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Kemenag: Jemaah Umrah Harus Tinggalkan Saudi Sebelum 6 Juni 2024

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com